Sunday, April 09, 2006

Beberapa Kesan dan Pesan Untuk Tahun Pemuda GKPS (Oleh Sarmedi Purba)

Oleh sarmedi
Sunday, 09-April-2006 (baritasimalungun.com)

Dalam rangka menyambut Paskah sekaligus mendukung program GKPS dengan dicanangkannya tahun 2006 sebagai TAHUN PEMUDA GKPS,Seksi Bapa Jemaat GKPS Jalan Sisingamangaraja Pematangsiantar menyelenggarakan 'acara seminar' dengan judul dan sasaran bahasan 1) Bahwa orang tua juga mempunyai peranan penuh dalam mengendalikan perilaku negatif anak 2) Orang tua dan pemuda memperoleh informasi yang seluas-luasnya akibat penggunaaan obat-obat terlarang baik jangka pendek maupun jangka panjangnya 3) Strategi yang ideal bagi Pemuda GKPS dalam menghadapi era globalisasi sehingga mampu bersaing dan survive. Berikut adalah Kesan dan Pesaan untuk Tahun Pemuda GKPS yang disampaikan pada 'acara seminar' tersebut yang disampaaikan oleh Sarmedi Purba pada 9 April 2006 di Gereja GKPS Sisingamangaraja Pematangsiantar, dihadiri 300 peserta yang terdiri dari Pemuda GKPS, orang tua dan Majelis Jemaat GKPS gereja tsb.


1. Untuk masa depan setiap pemuda harus melek internet. Untuk itu mereka harus menguasai teknologi computer dan bahasa Inggeris dengan baik.
Orang tua harus membenahi anaknya terbiasa dengan computer dan bahasa Inggeris, kalau perlu dengan kursus computer di luar sekolah.
Dulu orang mengukur tingkat pendidikan masyarakat dengan menghitung angka tingkat buta huruf. Sekarang dengan angka buta computer. Mencari kerja akan sulit tanpa pengetahuan dan kebiasan computer.
Internet adalah kamus berjalan, bibliothek. Yang tidak menguasai intenet pengetahuannya terbatas, ketinggalan jaman. Dengan buku tidak cukup lagi karena buku sudah ketinggalan jaman ketika dia siap dicetak (makan waktu sampai 1 tahun mulai ditulis, dikoreksi, disadur, dinego dengan penerbit/percetakan, dicetak, dipasarkan, dijual di toko tuku, dibeli pembaca). Pada internet, saya tulis sekarang, pada menit itu semua orang bisa baca di seluruh dunia.

2. Berbuat untuk masyarakat = berbuat untuk diri sendiri
Orang Simalungun kurang banyak terlibat dalam kehidupan kemasyarakatan. Kalau kita membentuk organisasi kemasyarakatan atau partai politik di Siantar ini, sulit sekali mencari kader Simalungun yang handal untuk diajukan sebagai calon pengurus. Karena itu organisasi tersebut dikuasai oleh suku lain. Untuk ini, Pemuda GKPS sebagai organisasi gerejawi harus membuat target, berapa kader harus dicetak tiap tahun. Pengkaderan adalah penyaringan atau penyisihan. Kalau ada yang dinilai berbakat harus dibina, disuruh ikut seminar kepemimpinan, kursus manajemen, dibuat akses ke berbagai organisasi, dibina jaringan kepada organisasi lain sehingga wawasannya lebih luas. Hari depan GKPS, Simalungun dan bangsa ini ditentukan oleh pemimpinnya, dan kita ikut bertanggungjawab dalam pembangunan bangsa ini. Kalau seorang pemuda ikut satu organisasi sosial, itu bukan pengeluaran percuma atau menghabis-habiskan waktu, tetapi itu dalam rangka membenahi diri sendiri. Jangan tanya apa untungnya untuk aku, tapi tanya apa gunanya untuk masyarakat. Carilah dahulu kebaikan, semuanya akan menyusul diberikan kepadamu.

3. Narkoba. Narkotika hanya berbahaya kalau dibuat
sebagai tempat pelarian dari situasi yang semrawut di rumah. Artinya: ketergantungan narkotika tidak terjadi pada orang yang kehidupannya bahagia di rumah.
Contoh: Kepada pasien yang kesakitan, dokter tiap hari memberikan narkotika, tapi tidak membuat ketergantungan karena memang dia butuh obat itu sebagai “pain killer”. Tapi untuk anak yang broken home, tidak betah di rumah, bertengkar dengan orang tua, saudara, broken heart (patah hati), narkotika rentan menjadi tempat pelarian dan kalau terjadi lebih lama, terjadilah “addiction” (kecanduan). Ciri-ciri kecanduan: takaran untuk mencapai efek yang sama, makin lama makin tinggi (dulu dibutuhkan 1 cc untuk mencapai ketenangan, sekarang jadi 3 cc, dst). Kalau dosisnya mencapai “lethal dose” terjadilah kasus kematian.
Pesan:
- ciptakanlah suasana bahagia, nyaman, saling percaya di rumah. Keterbukaan antara anak dan orang tua, antara suami dan isteri. Pendidikan orang tua adalah memberi contoh kepada anak. Orang tua yang bekerja keras dan sungguh-sungguh adalah contoh yang baik untuk anak didik.

- anak harus ada tempat curhat pada salah satu atau kedua ortangtua, di mana dia bisa mempercayakan rahasianya. Dia harus yakin, sebesar apapun bebannya dan sebesar apapun kesalahan yang diperbuatnya, ibunya atau bapanya yang dipercayainya akan menolongnya dari kesulitan itu (bukan malah dimaki-maki dan diusir).

4. Perilaku remaja (perilaku sex = bukan perilaku negatif tetapi perilaku normal).
Perilaku remaja ditentukan oleh lingkungannya: orang tua, suasana di rumah, teman sekolah, budaya sex dan norma di masyarakat.
Fakta ilmiah: satistik di AS membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara perilaku sex remaja yang sering ke gereja dengan yang jarang atau tidak pernah ke gereja. Di Manado yang mayoritas Kristen perilaku sex remaja sama saja dengan perilaku sex di kota besar lainnya. Artinya: kita tidak cukup dengan mengirim mereka ke sekolah Minggu dan Marguru Malua (belajar katekhisasi/sidi).
Pesan 1:
ada “Aufklaerung” untuk remaja: waktu anak gadis mulai menstruasi diterangkan oleh ibunya bahwa dia sudah memasuki usia remaja di mana seorang perempuan bisa hamil, bagaimana terjadi kehamilan, bagaimana menjaga diri, dst. Sekarang sudah ada buku panduan dalam bahasa Indonesia. Jadi jangan hal-hal itu diketahuinya dari temannya saja atau pacarnya. Sering pencerahan ini terlambat diberikan sehingga seorang gadis terjebak pada ketidaktahuannya.

Pesan 2:
Kalau seorang remaja hamil bagaimana sikap orang tua? Hanya marah dan mengamuk atau malah mengusir anak gadis itu?
Terimalah dia seadanya, carilah nasehat profesional seperti dokter, psikolog, pekerja sosial. Jangan main nekad. Keadaan itu masih manusiawi, alamiah, walaupun tidak sesuai dengan norma masyarakat sekarang di Indonesia. Di masa depan kita harus siap dengan keadaan ini, menerimanya seperti apa adanya.

Sebagai perbandingan: 30 tahun yang lalu perilaku sex remaja di Eropa sama dengan di Indonesia sekarang. Tapi di sana sekarang setiap remaja yang sudah 18 tahun “berhak” meminta dari orang tuanya untuk tinggal di luar rumah orang tuanya (atas biaya orang tuanya) dan sering bersama pacarnya (calon suaminya). Hak remaja ini dilindungi oleh undang-undang. Karena itu kita harus bersiap-siap menghadapi tantangan perubahan masa depan (20 tahun lagi) khususnya dalam proses industrialiasai dan globalisasi yang sedang terjadi di tanah air kita.
Pesan 3:
Kirimlah remaja mengikuti pendidikan “kesehatan reproduksi.”
Beberapa LSM menyelenggarakan pendidikan ini agar remaja dibekali dengan pengetahun tentang kesehatan alat reproduksi, bagaimana mencegah penyakit yang bisa timbul dengan hubungan sex (misalnya AIDS), mencegah kehamilan di luar nikah, dll. Ini merupakan tanggung jawab orang tua. Jadi kalau terjadi “perilaku negatif” remaja, jangan hanya si anak disalahkan.

Petuah: Orang tua harus memberikan apa yang harus diterima anak dari orang tuanya (pendidikan, pakaian, gizi yang baik), selebihnya terserah si anak yang tebentuk menjadi individu baru.

Pematangsiantar, 6 April 2006.

Catatan:
Makalah ini disampaikan pada Seminar Seksi Bapa GKPS Jemaat Jl. SM Raja Pematangsiantar pada 9 April 2006.
Penulis: Dr. med. Sarmedi Purba, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RS Vita Insani Pematangsiantar
Ketua Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusiawi BINA Insani Pematangsiantar
Ketua PMI Cabang Siantar Simalungun, Ketua DPC PIKI (Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) Kota Pematangsdiantar
Pengamat politik kesehatan
Email: sarmedipurba@hotmail.com
Website: http://sarmedipurba.blogspot.com
www.binainsani.org