Friday, December 29, 2006

IN MEMORIAM LESMAN PURBA

Jumat, 29 Desember 2006

IN MEMORIAM LESMAN PURBA

Oleh Sarmedi Purba

Mayor Polisi (Purnawirawan) Lesman Purba telah tiada. Pada hari Jumat sore, 26 Desember 2006, jam 18.15 Abang Lesman menghembuskan nafasnya terakhir pada umur 81 tahun , 3 bulan dan 7 hari meninggalkan isterinya Kak Jubaidah dan 10 orang anak (3 putra dan 7 putri) yang semuanya sudah berkeluarga.

Beberapa tahun terakhir ini Bang Lesman sekali sebulan datang ke rumah saya di Jalan Mesjid, Timbang Galung, Pematangsiantar, biasanya sebelum atau sesudah mengambil uang pensiunnya di Kantor Bendahara Negara Jalan Kartini, yang tidak jauh dari rumah kami. Kami ngobrol, tentang cerita lama, sejarah lama, kenangannya waktu di Raya sebelum Jepang datang, masa Jepang, waktu revolusi sosial. Begitu juga dia pernah cerita tentang pengalamannya di sekolah Polisi di Sukabumi (1950 – 1951), kemudian dikirim ke Kalimantan tahun 1951.

Walaupun dia lebih tua 14 tahun dari saya, rasa persaudaraan kami sangat kental sekali, cerita seperti teman sebaya, termasuk cerita tentang pribadinya, malah hal-hal yang sangat intim pun diceritakan. Karena itu saya ingin menggambarkan – dari sudut pandang saya – pribadi Lesman Purba sebagai manusia sosial yang dikenal oleh masyarakat Simalungun pada masanya. Mudah-mudahan masyarakat Simalungun akan mengenang Bang Lesman dan tidak melupakan sosok orang baik ini.

Lesman Purba sebagai politisi.
Dari cerita orang dan yang saya dengar dari „parbualan“ kami, Lesman Purba masuk Golkar sejak awal berdirinya Golkar (dengan nama Sekber Golkar) dari unsur Kekaryaan ABRI, di mana polisi termasuk di dalamnya.

Lesman Purba sudah diangkat menjadi anggota DPRD-GR (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Gotong Royong) dari unsur ABRI pada tahun 1968, pada tahun-tahun permulaan pemerintahan Presiden Soeharto.
Menjelang Pemilu 1971, pemilihan umum pertama zaman orde baru, dia berusaha tanpa pamrih mengajak teman-temannya dari Simalungun memasuki dunia politik dengan tujuan agar mereka ikut menentukan arah pembangunan di Simalungun. Pada waktu itulah dia sebagai abang kami mendesak agar abang saya, Mansen Purba, SH, menjadi calon legislatif dari Golkar. „Waktu itu saya bilang sama Mansen agar dia tidak ragu-ragu, kita harus bermasyarakat“, katanya. Pada DPRD hasil Pemilu 1971, dia sendiri diangkat kembali menjadi anggota DPRD Kabupaten Simalungun dari Fraksi ABRI, unsur Kepolisian.

Lesman Purba dikenal sebagai orang yang jujur dan mempunyai analisa politik yang tajam. Karena itulah dia tetap di Golkar setelah pensiun dari Kepolisian, dan ditugaskan kembali menjadi anggota DPRD Kabupaten Simalungun masa bakti 1977-1982, dan pada Pemilu 1982, dia dicalonkan oleh Golkar dan terpilih, sehingga duduk di Dewan itu sampai tahun 1987.

Lesman selalu berpendapat bahwa pengangguran sebenarnya tidak harus ada di Sumatera ini kalau orang mau bekerja keras dan tidak bermalas-malas seperti yang sering kita lihat pada masyarakat kita. Banyak kerja, kalau kita mau, katanya. „Tetapi kalau sepanjang hari orang main catur di kedai tuak, bagaimana tidak jatuh miskin“, katanya.

Salah satu proyek yang saya ingat diperjuangkan oleh Lesman Purba adalah pembangunan Air Minum di Kecamatan Raya, yang sampai sekarang masih ada.

Lesman Purba sebagai sorang polisi.
Sebagai polisi di Siantar ini saya belum pernah menangkap orang, memproses penangkapan orang, katanya. Jadi apa gunanya jadi polisi? Rupanya Bang Lesman ini kerjanya lebih banyak mengurusi kesejahteraan anggota kepolisian, termasuk mengurus koperasi, mengurus beras dan lauk pauk anggota kepolisian Resort Simalungun.

Tapi dia pernah ikut menumpas pemberontakan DI/TII di Kalimantan dan untuk itulah dia dikirim ke sana. Sesudah tugas tersebut selesai (4 tahun di Kalimantan) Lesman minta dipindahkan ke Sumatera karena dia berasal dari sana. Permohonan itu terkabul dan dia ditempatkan selama 2 tahun di Kutaraja (sekarang Banda Aceh), dari tahun 1955 sampai 1957. Kemudaian dipindahkan lagi ke Labuhan Bilik, dimana dia bertugas selama 4 tahun sampai 1961. Perpindahan berikutnya adalah ke Dairi (Sidikalang) selama 2 tahun, baru diperbolehkan pindah ke kampungnya sendiri di Pematangsiantar pada tahun 1963, di mana dia pensiun dengan pangkat Mayor pada tahun 1980.

Manusia sosial.
Abang Lesman ini dalam hidupnya dia tak pernah diam. Dia selalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Sebagai polisi dia pernah ikut sebagai pengusaha kolam renang Siantar. Dia pernah membangun koperasi di Kecamatan Siopat Suhu Kota Siantar dan berhasil sebagai salah satu percontohan koperasi yang berkembang pada masanya. Kabarnya, karena koperasi ini banyak dicampuri pihak luar, termasuk aparat pemerintah, maka koperasi yang sudah terbangun itu lambat laun menjadi ambruk.

Sesudah pensiun dia berladang di Hapoltakan, Kecamatan Raya. Dibangunnya rumah di ladang itu. Kemudian dia membangun rumah makan RIAHDO di dekat Pekan Raya, yang sampai sekarang masih eksis, dilanjutkan oleh anaknya sendiri.

Pada awal sembilanpuluhan dia mendirikan Partumpuan Purba Sigumonrong, Boru pakon Panogolan di Siantar dan sekitarnya. Semua anak-anaknya diajaknya masuk kumpulan ini yang melaksanakan arisan sekali sebulan.

Pada tahun 60-an Lesman bersama saudara sepupunya Saridin dan Sudiman membuat kesepakatan (pati-patian) tentang SIGUMONRONG 19. Keunikan gagasan ini adalah bahwa mereka 19 bersaudra dari satu Kakek, Oppung Mariam Purba Sigumonrong, adalah satu keluarga yang disebut sisada hasuhuton. Artinya, walaupun mereka terdiri dari sepupu yang mempunyai 5 bapak dari 3 nenek perempuan yang berbeda (Kakek mereka, Mariam, mempunyai 3 isteri), mereka adalah sama-sama suhut atau tuan rumah pada upacara adat pada semua keluarga dan keturunan 19 orang bersaudara itu. Ini mempunyai implikasi bahwa kalau sesorang dari sepupu 19 mengawinkan anak, maka semua sanina-19 bertanggungjawab sebagai orang tua dan saudara, mereka tidak datang sebagai keluarga sibiak sanina tapi benar-benar sebagai tuan rumah, suhut bolon pada upacara adat itu.

Walaupun abang saya ini beragama Islam yang taat, dia tidak pernah melepaskan atau merenggangkan kekerabatannya dengan semua keluarganya yang kebanyakan beragama Kristen. Saya merasa bahwa perbedaan agama seperti yang kami alami tidak pantas menjadi perseteruan di tengah keluarga dan ini sering saya bawa sebagai contoh dalam kehidupan bermasyarakat di daerah ini.

Pernah sekali saya tanya, apakah dia masuk Islam karena kawin dengan isterinya yang beragama Islam. Tidak, katanya. Saya waktu pindah dari Jawa ke Kalimantan sudah masuk Islam dan saya tidak pernah masuk Kristen di Raya. Buktinya, ayah saya baru masuk Kristen sesudah saya kembali ke Siantar, katanya berapi-api.

Sebagai seorang Islam yang taat dan sudah menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada tahun 1996, dia berpesan agar pada pemakamannya tidak usah pakai upacara adat Simalungun seperti pakai porsa (ikat kepala dengan kain putih sebagai penghormatan kepada orang yang sudah sayur matua), tidak usah mangiligi (menerima kedatangan sanak saudara sebagai penghormatan terakhir) dan lain sebagainya yang biasanya dilakukan pada upacara pemakaman di daerah adat Simalungun.

Namun Abang Lesman ini melakukan upacara adat Simalungun pada semua perkawinan anak-anaknya. Yang menarik, pada keluarga ini disediakan juga dayok nabinatur (ayam yang diatur sesuai bagian-bagiannya dari kepala, kaki sampai ekor, yang dipersembahkan sebagai makanan adat), tetapi tidak dengan campuran darah seperti biasanya di kampung, tetapi dengan bumbu khas Simalungun dan bisa dimakan oleh penganut agama Islam.

Abang Lesman menurut saya adalah sosok manusia yang diberkati Tuhan, pemurah dan selalu siap menolong. Semua adik-adiknya diurusnya, mulai dari urusan sekolah, mengawinkan dan mencari kerja. Bukan itu saja, dia hormat sekali kepada tondongnya, khususnya yang bermarga Saragih Garingging. Garingging adalah keluarga ibunda Lesman Purba, yang kebetulan adalah saudara perempuan Raja Tua Tuan Hapoltakan Saragih Garingging yang memerintah di Kerajaan Raya sejak Tuan Rondahaim wafat (1890) sampai tahun 1933.

Memang ibunda Lesman Purba meninggal pada masa evakuasi (mengungsi) pada pergolakan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Ibunya jatuh sakit di barak pengungsi dan meninggal tahun 1947, masih sempat dilihat sepupunya Saridin Purba dan Jansen Saragih Garingging di Aman Raya waktu itu.

Mungkin karena itulah Lesman Purba menganggap sebagai kewajibannya mengurus semua urusan Saragih Garingging, mulai dari urusan perkawinan, mencari kerja, membantu dengan pemberian dana, mengurus tanah leluhur Garingging, dan banyak lagi urusan yang tidak dapat disebut satupersatu di sini.

Menurut kepercayaan lama suku Simalungun orang yang hormat kepada tondongnya akan mendapat pahala dan yang tidak melakukannya, tanamannya akan mati (melus suan-suananni = tananmmnya layu). Karena penghormatan Bang Lesman inilah kepada tondongnya maka rejekinya selalu baik dan terutama anak-anaknya berhasil dalam keluarga dan pekerjaannya. Anaknya sudah ada yang menjadi orang yang berada di Jakarta, ada yang sudah jadi Kepala Pabrik di PTPN, ada pula yang jadi pegawai PAM yang senior, pemeriksa di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jakarta, dan banyak lagi hasil karya anak-anaknya sudah kelihatan pada masyarakat di Siantar Simalungun dan di Jakarta. Pokoknya tidak ada anaknya jadi preman atau pengangguran.

Saya mengajak kita semua mengenang Lesman Purba dan mempelajari dan mengingat jasa-jasa dan perbuatannya sebagai sosok yang patut dicontoh oleh generasi penerus.
Photobucket - Video and Image Hosting
Haji Lesman Purba

Photobucket - Video and Image Hosting
Sanina, Boru, Sikkuta pada acara pemberangkatan jenazah ke Mesjid Al Ikhlas

Photobucket - Video and Image Hosting
Bunga Papan dari Pimpinan DPRD Simalungun disamping Bunga Papan dari Bupati Simalungun Drs Zulkarnain Damanik MM dan DPD Golkar Kab Simalungun

Photobucket - Video and Image Hosting
Anak dan Isteri Lesman Purba

Tuesday, December 26, 2006

Wah, Masih ada orang dipasung di Samosir - sejak 21 Tahun

Photobucket - Video and Image Hosting

Sungguh luar biasa. Walaupun kedokteran modern telah lama masuk Indonesia yang sudah 61 tahun merdeka, masih ada orang yang dipasung di negeri ini.

Ini cerita dari dr Regina Tatiana Purba, yang sedang bertugas dengan 3 orang temannya dokter spesialis di Samosir (dr. Hervita Diatri, SpKJ/Kes. Jiwa, dr. Ramzi, Sp An/Anestesi dan dr. Theresia Santi, SpA/Anak):

Dua puluh satu tahun dipasung, akhirnya bebas

Setelah 1 bulan 3 minggu kami di sini, dr. Hervita Diatri SpKJ ( Kedokteran Jiwa ) menyusul kami untuk bertugas di Samosir. Vita datang dengan membawa anaknya Hagai dan mbaknya Hagai, Rini. Vita yang orang jawa ( tapi nga gabe boru Sinaga ) adalah Nyonya Situmorang. Biasanya kalau orang di rumah sakit bertanya kepadanya dia boru apa, dengan halus dan berlogat jawa dia menjawab.. boru Sinaga… hehe.. orang-orang bingung.. boru Sinaga kok Jawanya kental banget…

Perkerjaan Vita di rumah sakit tidak dimulai dengan menunggu pasien datang. Setelah mendapat informasi bahwa tak jauh dari rumah sakit ada sebuah Panti yang dikelola oleh geraja Betel, dia langsung menjemput bola. Panti tersebut bernama Panti Sadar, mengelola 45 orang yang diduga memiliki gangguan jiwa. Karena keterbatasan dana mereka tidak menggunakan obat untuk pasien-pasiennya, tetapi menggunakan terapi doa. Setelah Vita datang dia mulai memeriksa satu persatu pasien-pasien tersebut dan mulai memberikan obat ( ada banyak obat gratis yang di bawa Vita dari Jakarta ). Selanjutnya Vita melaporkan Panti ini ke Dinas Kesehatan, dan orang-orang Dinas berjanji akan membantu penyediaan dana untuk mendukung Panti tersebut dan untuk pemberian obat selanjutnya.

Tiga hari yang lalu Vita mendapat informasi dari seorang dokter umum, yang tugasnya berkeliling dari desa ke desa untuk mengobati orang sakit, bahwa di sebuah desa di kecamatan Nainggolan ( 1 jam dari Pangururan ) ada seorang Bapak yang berusia 56 tahun yang telah dipasung kedua kakinya oleh keluarganya. Bapak tersebut diletakkan di dalam sebuah ruangan yang kelihatannya seperti kandang, seluruh aktivitasnya dari mulai makan hingga buang air dikerjakan di dalam tempat itu. Yang juga menyedihkan kedua tungkai bawah bapak ini sudah mengecil ( atrofi ) setelah 21 tahun tidak digunakan. Vita melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan, pemerintahan desa setempat hingga muspika. Keluarga pasien juga telah didekati oleh dokter umum tersebut dan mereka setuju untuk menyerahkan pasien untuk diobati.

Vita pun berangkat ke desa tersebut ditemani oleh orang-orang dinas kesehatan dan perawat. Sesampainya di sana mereka disambut oleh keluarga, masyarakat setempat, kepala desa dan muspika. Setelah melakukan pemeriksaan dan memberikan obat, tibalah saatnya untuk melepaskan pasung. Dengan menggunakan gergaji yang cukup besar pasung pun terlepas. Pak Sakiel yang telah dipasung selama 21 tahun langsung berteriak mengucapkan doanya keras-keras dalam bahasa Batak. Dia menundukkan kepala dan terus berdoa hingga cukup lama. Setelah itu pak Sakiel lalu dimandikan, sikat gigi dan cukuran serta dipakaikan baju yang bersih. Lalu beliau dibawa ke RSU dr. Hadrianus Sinaga di Pangururan. Sore hari, setelah beristirahat, pak Sakiel berusaha turun dari tempat tidur dan berjalan, tapi tidak bisa dan beliau terjatuh. Kaki yang sudah sekian lama tidak digunakan sudah tidak berfungsi lagi, sehingga bukan saja dia harus berobat karena kondisi kejiwaannya tapi juga harus mengatasi kelumpuhannya.

Kondisi ini memang sangat mengerikan, di zaman seperti sekarang ternyata masih ada orang yang dipasung karena penyakitnya. Padahal obat-obat canggih untuk penyakit jiwa sudah banyak ditemukan. Dan apakah tidak ada hukum yang melindungi orang-orang ini sehingga keluarganya merasa berhak untuk memasungnya selama 21 tahun? Dengan pengobatan yang benar seharusnya mereka tetap bisa berfungsi dan diterima ditengah-tengah masyarakat.

December 25, 2006


Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Sunday, December 24, 2006

XMAS AT HOME

Photobucket - Video and Image Hosting

Natal 2006 di Jalan Mesjid 41 dengan:
XMas 2006 at home:

Martua, Tati, Rosa dan Clara
Vita (Ny. Herbert Situmorang) dan Hagai

Wednesday, December 13, 2006

Fotobericht der Niaskinder *Berita Foto Asrama Anak Nias

Bericht ueber die Kinder von Nias
Stand 13 Dezember 2006
Berichtserstatter: Frau Gertrud Poerba

24 Kinder aus Nias, deren Eltern und Verwandten ihre Habe und zum Teil ihr Leben verloren haben, durch die Tsunami Katastrophe an Weihanachten 2004 und das nachfolgende schwere Erdbeben im Maerz 2005, gehen seit Mai 2005 hier in Siantar zur Schule.

Spender dieses Projektets ist zur Zeit der Lionsfoerderverein Gelnhausen: unsere Kinder sind 11-18 Jahre alt; zum Abschluss des Schuljahres im Juni 2006 haben alle Kinder das Klassenziel erreicht. Einer unserer Mitschueler hatte das beste Zeugnis seiner Klasse bekommen koennen.

Die Schulferien verbrachten die Kinder zusammen mit der Heimleitung auf der Insel Samosir am Tobasee, etwa 50 km suedwestlich von Siantar.

Im Juli begann das Schuljahr und wie wir mit grosser Freude bemerkt haben, kommen unsere Kinder in der Schule gut zurecht. 11 unsere Mittelschueler und 3 Oberschueler bereiten sich nachmittags auf die nationale Abschlusspruefung der Mittel- bzw Oberschule vor, die in April 2007 stattfinden wird.

Auch diesmal werden unsere Kinder Weihnachten und Neujahr bei ihren Verwandten auf Nias verbringen, damit die Kinder ihre Kontakte mit den noch ueberlebenden Verwandten nicht verlieren.

Am 20. Dezember veranstalten die Kinder und ihre Heimleitung eine Weihnachtsfeier, diesmal zusammen mit den Weisenkindern der Christilichen Batakkirche, bevor sie dann am 23. Dezember nach Nias abreisen.

Am 6 Januar kommen die Kinder wieder zurueck nach Siantar, um weiter zur Schule zu gehen.

------------------------------

TAGESABLAUF DER KINDER AUS NIAS

Der Tagesablauf unserer Kinder waehrend der Woche mag fuer deutsche Verhaeltnisse ziemlich spartanisch sein.

Diana Gulo, eines unserer Maedchen, die die 2. Klasse Mittelschule besucht, berichtet wie folgt:

Wir stehen jeden Morgen um 5 Uhr auf, waschen unsere Kleider vom Tag zuvor, machen unsere Betten und saubern das Haus. Jungen und Maedchen arbeiten zusammen, jeder hat seine Pflichten, die erledigt werden muessen.

Nachdem wir geduscht und angezogen sind, findet eine kurze Morgenandacht statt und wir alle fruehstuecken zusammen. Um 7.15 gehen wir alle zur Schule.

Um 14.00 Uhr ist der Unterricht zu Ende und wir essen um 14.30 gemeinsam zu Mittag. Nach einer Ruhepause haben etwa 14 von uns am Nachmittag Zusatzunterricht in der Schule, um sich auf die nationale Abschlusspruefung der Mittelschule bzw der Oberschule, die im April 2007 statfinden wird, vorzubereiten.

Um 7 Uhr abends ist ein gemeinsames Abendessen. Anschliessend findet eine kurze Abendandacht stat. Danach machen wir Schularbeiten. Um 10 Uhr gehen wir alle schlafen.

Natola Gulo, einer unserer Jungen, der die dritte Klasse Oberschule besucht, fuegt in seinem Bericht noch folgendes hinzu:

Nachdem in den letzten Monaten oft der elektrische Strom ausfiel, haben wir einen Generator bekommen, den ich zusammen mit meinem Schulfreund warte. Wir kuemmern uns um das Benzin fuer den Generator und schalten ihn abends an, damit wir alle Schularbeiten machen koennen und es nicht so dunkel ist, wenn die juengeren Kinder schlafen gehen, weil sie sich sonst fuerchten.

Am Sonntag morgen gehen wir um 8 Uhr gemeinsam in die Kirche, danach haben wir alle frei.

Viele von uns haben Schulfreunde, die in Siantar wohnen; sie kommen uns besuchen oder wir sind bei ihnen zu Hause eingeladen. Oft machen wir zusammen ein Picknick in der Umgebung von Siantar, manchmal spielen wir zusammen Fussball oder wenn schlechtes Wetter ist, sehen wir uns einen Film im Fernsehen an.

Seit wir in Siantar in die Schule gehen, haben wir viele gute Erfahrungen gemacht mit unseren Mitschuelern und Lehrern. Wir wohnen gerne in unserem Haus und haben im Garten schon etwas Mais angepflanzt.

Jeden von uns bekommt im Monat Rp 30.000 Taschengeld. Vielen, vielen Dank unseren Spendern.

Photobucket - Video and Image Hosting
Die Niaskinder freuen sich ueber die Brochure aus Deutschland

Photobucket - Video and Image Hosting
Man interessiert sich, was man in Deutschland ueber die Niaskinder schreiben

Photobucket - Video and Image Hosting
So sieht ein Zimmer der Maedchen aus

Photobucket - Video and Image Hosting
Und das Zimmer der Jungs sind turbulenter

Photobucket - Video and Image Hosting
Gemeinsames Essen waehrend des Besuches von Prof. Wolfgang Koenig am 20.11.2006

Photobucket - Video and Image Hosting
Lachende Kinder mit Dr Sarmedi Purba und der Heimleiterin, Diakonissin Hella Siringoringo

Tuesday, December 12, 2006

Breaking News: Sarmedi Purba Gabung ke Partai Demokrat

Breaking News: Sarmedi Purba Gabung ke Partai Demokrat.

Sarmedi Purba yang selama ini dikenal sebagai Koordinator Daerah Pemilihan (KDP) Sumut 3 dari Partai Buruh telah maasuk Partai Demokrat dan turut dilantik sebagai Ketua Dewan Pakar DPC Partai Demokrat Kabupaten Simalungun oleh Bapak Budi Utomo di Gedung Olah Raga Pematangsiantar, 12 Desember 2006 yang lalu, bersama anggota DPC Partai Demokrat lainnya, dipimpin ketuanya John Huga Silalahi.

Sarmedi yang juga Ketua PIKI Siantar Simalungun bercita-cita untuk memperjuangkan pembentukan daerah otonomi baru di Sumatera Utara dan khususnya Simalungun, dengan kawan-kawannya seperjuangan yang sama-sama bergabung dalam Partai Demokrat. “Teman-teman saya sudah sepakat, kita mengupayakan percepatan pembangunan dengan mendekatkan kepala daerah dengan rakyat yang salah satu cara adalah dengan “pemekaran daerah” seperti pembentukan daerah otonomi Tapanuli yang sudah diambang pintu, Kabupaten Batubara yang baru disahkan DPR.“



“Kita mau perjuangkan agar agar daerah otonomi baru juga di Kabupaten Simalungun, misalnya Kabupaten Simalungun Hataran yang sudah lama diperjuangkan oleh tokoh-tokoh politik di daerah ini. Nanti ibukota kabupaten baru ini adalah Perdagangan. Dengan demikian kota Perdagangan akan lebih cepat berkembang sebagai ibukota kabupaten, sama dengan percepatan pembangunan Pematang Raya sebagai ibukota Kabupaten Simalungun yang sudah disahkan oleh Pemerintah Pusat”, kata Sarmedi yang sehari-hari bekerja sebagai dokter spesialis kandungan di RS Vita Insani Pematangsiantar.

Dokter lulusan Jerman ini mempunyai visi politik agar jalan-jalan ke kecamatan-kecamatan di Kabupaten Simalungun diperbaiki lebih cepat dan kalau perlu dibangun baru seperti dari Kecamatan Raya ke Kecamatan Raya Kahean, dan Kecamatan Silou Kahean. “Bagaimana rakyat bisa makmur kalau sarana jalan saja tidak bisa dibangun walaupun sudah 61 tahun Indonesia Merdeka”, kata Sarmedi.

Pada 12 Desember 2006 Sarmedi sudah pamit dari Ketua Umum Partai Buruh (PB) Muchtar Pakpahan dan Ketua DPC PB Kab. Simalungun Pasu Malau. “Mereka sudah melepas saya dengan mengucapkan selamat berjuang dan selamat jalan“, katanya.

Photobucket - Video and Image Hosting

HARIAN SIB:
Dr Sarmedi Purba SpOg, Pamit dari DR Muktar Pakpahan Pindah ke Partai Demokrat
Written by Redaksi
Dec 14, 2006 at 08:14 AM
Pematangsiantar (SIB)
Dr Sarmedi Purba SpOg, yang selama ini dikenal sebagai ketua DPC PIKI (Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia) Siantar-Simalungun dan......
sebagai kordinator daerah pemilihan (KDP) Sumut 3 Partai Buruh, sejak 12 Desember 2006 pindah dan sekaligus dilantik sebagai ketua dewan pakar DPC Partai Demokrat Simalungun pimpinan Ir Jhon Hugo Silalahi MM oleh Ketua Umum Partai Demokrat Budi Utomo di GOR Siantar.
Ada beberapa agenda politik yang harus terus diperjuangkan, di antaranya pembentukan daerah otonomi, baik itu Propinsi maupun kabupaten/kota, maka menjadikan agenda itu terwujud haruslah dengan partai yang kuat dan visi yang jelas. ”Teman-teman saya sudah sepakat, kita mengupayakan percepatan pembangunan dengan mendekatkan kepala daerah dengan rakyat, yang salah satunya dengan Pemekaran daerah,” katanya.
Propinsi Tapanuli yang sudah di ambang pintu adalah keinginan rakyat dan harus jadi, meski saya tahu perjuangan itu cukup berat, tapi dengan figur seorang tokoh masyarakat seperti DR GM Panggabean dengan Tim serta kawan-kawannya, segala rintangan dilalui dengan bijak. Perjuangan menjadikan Propinsi Tapanuli ini patut didukung semua pihak, karena tujuannya untuk mendekatkan segala urusan dekat dengan rakyat. Demikian juga Kabupaten Batubara telah jadi, kini perjuangan “Kabupaten Simalungun Hataran” masih tersendat-sendat dan ini pun harus dipacu, kata Sarmedi Purba, Dokter lulusan Jerman ini kepada SIB, Rabu (13/12).
Visi politiknya di Simalungun tentu membangun infrastruktur yang kini sarana jalan transportasi banyak yang rusak harus diperbaiki dan pembukaan jalan baru agar hasil bumi mempunyai nilai jual yang tinggi. Tentang hengkangnya dari Partai Buruh bukan karena ada konflik, tapi dengan baik-baik sudah pamit dari ketua umum Partai Buruh DR Muktar Pakpahan SH MH serta dari ketua DPC Partai Buruh Simalungun, Pasu Malau SH. (E5/h)

Saturday, December 09, 2006

DISKUSI PUBLIK TENTANG POLIGAMI DI INDONESIA

DISKUSI PUBLIK TENTANG POLIGAMI DI INDONESIA
Pendapat Sarmedi Purba
Masalah Poligami bukan masalah agama saja, tetapi masalah sosial, ekonomi dan politik bangsa Indonesia, khususnya masalah HAM perempuan.

Masalah poligami tidak pantas dicoret dari agenda sosial politik nasional karena menyangkut hak azasi perempuan. Alasan masih banyak masalah lain yang lebih penting dan belum terselesaikan di Indonesia dan keterpurukan Indonesia sekarang, tidak dapat diterima untuk menyetop diskusi pro kontra poligami di Indonesia. Karena salah satu sebab keterpurukan Indonesia adalah diskriminasi kelompok marjinal di daerah miskin dan didalamnya termasuk kaum perempuan. Bagaimana Indonesia bisa berhasil dalam pembangunan fisik dan spiritual kalau separuh warganya sebagai jenis kelamin perempuan tidak mempunyai hak yang sama seperti warga lainnya.

Dari segi kesehatan saja poligami tidak memberikan keadilan. Kalau seorang isteri sakit kelamin maka isteri lainnya juga dipaksa untuk mengidap penyakit yang sama. Belum lagi masalah kesehatan jiwa isteri yang cemburu dalam hal ekonomi, sosial dan sex. Kalau kita perpanjang lagi dalam masalah Keluarga Berencana, sangatlah kontrdiktif sekali. Karena kalau seorang lelaki mempunyai isteri 4 orang, pasti masing-masing mereka minta 2 anak dan kadang malah lebih kalau belum mendapat jenis kelamin anak yang diinginkan. Dan memang tidak jarang kalau si lelaki poligamis ini akan mengurusi lebih dari 10 anak. Nah, apakah bisa dikategorikan sehat kalau seorang ayah harus membagi kasihnya kepada 10 anak, dari sudut pendidikan anak, psikologi dan mental anak-anak itu.

Sering pendukung polygami mencari pembenarannya sendiri dengan dalih bahwa suami yang monogamis sering punya isteri simpanan. Pembenaran ini tidak dapat dierima akal sehat karena isteri simpanan yang dilegalisir sama dengan dekriminalisasi perbuatan pidana. Itu sama dengan kalau kita buat peraturan perundang-undangan yang membenarkan tindakan korupsi seperti belakangan ini kelihatan dilakukan untuk membenarkan penghamburan uang rakyat yang sempat dilakukan kalangan legislatif di pusat dan daerah (ada uang sewa rumah, uang pesangon, uang jerih payah, uang jalan, uang pindah, dll).

Karena itu saya berpendapat bahwa pembangunan masyarakat yang beradab dan berkeadilan sosial harus dibicarakan dengan cermat, intensif dan luas di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya dengan mengikutsertakan pemuka kaum perempuan. Usul saya agar masalah ini diserahkan kepada rakyat Indonesia untuk memutuskannya dengan jajak pendapat demi keadilan untuk 50% penduduk perempuan Indonesia.

Negara ini kapanpun tidak akan maju kalau separuh penduduknya yang kebetulan perempuan itu didiskriminasi dan tidak diberi hak yang sama dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

9 Desember 2006

Dr.med. dr. Sarmedi Purba, SpOG
Ketua DPC Persatuan Intelegensi Kristen Indonesia (PIKI)
Kota Pematangsiantar
Direktur PT Vita Insani Sentra Medika Pematangsiantar
Ketua Dewan Pakar DPC Partai Demokrat Kabupaten Simalungun
Website kegiatan:
http://sarmedipurba.blogspot.com
www.binainsani.org
www.vita-insani.co.id

Photobucket - Video and Image Hosting

Friday, December 08, 2006

HARI AIDS SEDUNIA 2000: KLIPING KORAN

Peringatan Hari AIDS se-Dunia di Simalungun Dihadiri Palang Merah Jepang & Jerman Written by Redaksi
Dec 08, 2006 at 08:19 AM

Simalungun (SIB)
Peringatan hari AIDS se dunia dan perkampungan peduli HIV-AIDS Simalungun P Siantar dipusatkan di Lemdikacab Pramuka Simalungun Jalan Asahan Km 7 P Siantar, Kamis (7/12) dihadiri utusan Palang Merah (PM) dari Jepang Miss Tamaki Hatano, sekaligus sebagai Ketua Tim Pelaksana Program HIV/AIDS/Delegate Japanese Red Cros Society dan PM Jerman Mr Petrick.

Wakil Bupati Simalungun Pardamean Siregar SP membacakan kata sambutan Menkokesra Ir Abu Rizal Bakrie, di antaranya menyebutkan, masalah HIV dan AIDS tidak saja menjadi masalah kesehatan, tapi secara tidak langsung menjadi persoalan sosial, politik, bahkan ekonomi yang sangat serius. Secara makro, epidemi ini telah menjadi penghambat utama bagi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara, terutama di negara-negara Afrika Sub Sahara akibat penurunan produktifitas secara kolektif.

Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Siantar-Simalungun Dr Sarmedi Purba memberi warning dan kewaspadaan bahaya penyakit HIV/AIDS serta penyebarannya. Khusus sumut sudah menjadi peringkat 6 secara nasional penyebaran AIDS ini. Lebih khusus lagi di P Siantar telah ditemukan 8 orang, dan di Kabupaten Simalungun 11 orang penderita AIDS.

Menurut Sarmedi Purba bahwa rumus dari WHO adalah adalah tansaksi jumlah penderita 100 kali lipat, yang artinya di Siantar - Simalungun bisa saja sudah ada yang berpenyakit AIDS sebanyak 1900 orang tanpa diketahui oleh petugas kesehatan.

PMI cabang Siantar - Simalungun menyatakan bertanggungjawab dalam penyaluran darah yang aman dan bebas dari virus HIV-AIDS, termasuk penyakit menular lainnya, seperti syphilis, hepatitis B dan C. PMI juga memiliki pelatih inti, fasilitator pendidik remaja sebaya untuk mencegah penyebaran HIV di kalangan PSK, masyarakat, khususnya remaja. Secara khusus, saat ini dilatih 5 tenaga fasilitator untuk mendapatkan pelatihan Home Base Care, karena sudah 5 orang penderita di daerah ini yang membutuhkan perawatan secara intensif di rumahnya.

Untuk lebih memudahkan sosialisasi tentang pencegahan penyebaran HIV di Siantar - Simalungun sekitarnya, atas dukungan Palang Merah Jepang, PMI telah mendirikan stasiun radio PMI FM dan telah memulai siarannya. Tentang radio PMI FM ini sangat dipuji oleh Miss Tamaki Hatano dalam kata sambutannya sekaligus menghimbau agar lebih meningkatkan kualitasnya.

Ketua panitia Drs Jumsadi Damanik SH MHum menyebutkan bahwa peringatan hari AIDS Sedunia dan perkampungan peduli HIV/AIDS itu adalah merupakan momentum yang baik untuk menyatukan pikiran merenungkan dampak dari wabah AIDS yang telah banyak menelan korban jiwa. (E5/u)

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Wednesday, December 06, 2006

KATA SAMBUTAN Pada PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA 2006

KATA SAMBUTAN
Ketua PMI Cabang Kota Pematangsiantar/Kab. Simalungun
Pada
PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA 2006
dan
PEMBUKAAN PERKAMPUNGAN PEDULI HIV/AIDS
TINGKAT DAERAH SUMATERA UTARA
7 Desember 2006 di Lemdikacab Pramuka Kab Simalungun
Jalan Asahan KM 7 Kabupaten Simalungun
Photobucket - Video and Image Hosting
Sarmedi Purba sebelum Pidato

Yang saya hormati:
Bapak Gubernur Sumatera Utara
Bapak Bupati Simalungun
Bapak Walikota Pematangsiantar
Bapak, Ibu dan Saudara sekalian,
dan selamat datang, khususnya kepada adik-adik kami peserta Perkampungan Peduli HIV/AIDS
tingkat daerah Sumatera Utara yang datang dari berbagai daerah dan organisasi,
yaitu pemuda-pemuda dari
Ikatan Pemuda NU Simalungun,
Pemuda HKBP,
Pemuda GKPI,
Medan Plus,
Pelatih Inti, Fasilitator dan Pendidik Remaja Sebaya
Program HIV/AIDS PMI
• Cabang Medan,
• Deli Serdang,
• Langkat,
• Tapteng dan
• Siantar Simalungun.

Marilah kita mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunianya, pada hari ini kita dapat berkumpul memperingati HARI AIDS SEDUNIA 2006 dan pembukaan PERKAMPUNGAN PEDULI HIV/AIDS tingkat daerah Sumatera Utara.

Palang Merah Indonesia (PMI), sebagai organisasi kemasyarakatan
yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan, antara lain melaksanakan berbagai kegiatan dengan memprioritaskan kelompok rentan (vulnerable).

Dalam pengembangan kegiatan, kami dari PMI selalu menaruh perhatian bagaimana caranya membantu Pemerintah dalam meringankan penderitaan manusia, apapun sebabnya, dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa dan agama.

Sasaran utama Gerakan Palang Merah dalam misinya untuk perbaikan derajat hidup kelompok rentan adalah mereka yang berisiko tertular virus HIV/AIDS. Perlu kami ingatkan kembali bahwa hingga bulan November 2006, Provinsi Sumut menempati peringkat nasional ke-6 pada jumlah penderita HIV/AIDS.

Di Pematangsiantar ditemukan 8 orang, di Simalungun dijumpai 11 penderita HIV/AIDS. Penderita ditemukan secara insidentil karena mereka menderita penyakit infeksi yang tidak kunjung sembuh disebabkan kekebalan tubuh mereka yang menurun. Apa artinya ini?

Menurut rumus Organisasi Kesehatan Sedunia WHO, kalau 1 penderita HIV / AIDS terdeteksi berarti sudah ada 100 penderita HIV/AIDS terselubung. Berarti kita menduga adanya 19 x 100 atau 19.00 penderita HIV/AIDS yang tidak terdeteksi petugas kesehatan di Siantar Simalungun yang berpenduduk 1, 1 juta ini. Kebanyakan mereka ini tidak menunjukkan gejala apapun dalam waktu yang panjang. Kita hanya mengetahuinya kalau darahnya diperiksa, misalnya pada kejadian penyakit infeksi yang tidak kunjung sembuh.

Peningkatan prevalensi adalah indikasi adanya sebab utama, di antaranya
- kurangnya pengetahuan dan informasi yang tepat mengenai HIV/AIDS
- adanya sikap diskriminatif terhadap ODHA (orang dengan HIV/AIDS).

Perlu kami sebutkan di sini bahwa PMI, khususnya di Cabang Siantar Simalungun, menyatakan bertanggung jawab dalam penyaluran darah yang aman, yaitu bebas dari virus HIV/AIDS dan termasuk bebas dari penyakit menular lainnya seperti sifilis, Hepatitis B dan Hepatitis C.

Upaya yang kami lakukan sebagai satu-satunya lembaga yang diberi wewenang dalam upaya transfusi darah, khususnya di PMI Cabang Siantar Simalungun, hanya dapat berkesinambungan kalau didukung oleh masyarakat dan pemerintah. Karena itu kami memohon kepada Bapak Bupati Simalungun dan Bapak Walikota Pematangsiantar untuk dapat mengalokasikan dana yang jumlahnya memadai untuk membantu kegiatan PMI, khususnya untuk penyelenggaraan upaya transfusi darah di daerah ini.

Untuk Program HIV/AIDS, PMI di daerah ini beserta PMI di daerah lain di Sumatera Utara memiliki Pelatih Inti (tingkat nasional), Fasilitator (guru-guru) dan Pendidik Remaja Sebaya atau Peraya (siswa SLTA), untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di kalangan PSK, masyarakat dan khususnya remaja.

Mulai hari ini, tanggal 7 sampai 9 Desember 2006, kami secara khusus menugaskan 5 tenaga fasilitator HIV/AIDS ke Medan, untuk mendapatkan pelatihan HOME BASE CARE oleh PMI Pusat, di mana mereka akan membenahi diri dalam pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan 5 ODHA yang tercatat di daerah ini. Kelima penderita ini membutuhkan perawatan intensif di rumahnya masing-masing.

Perlu kiranya kami umumkan di sini bahwa PMI Cabang Siantar Simalungun sejak 1 bulan telah mengudara dengan mendirikan Stasiun Radio PMI FM, pada frekuensi 87.8 MHz, dimana secara khusus memberikan penerangan kepada penduduk tentang pencegahan penyebaran HIV/AIDS di kedua daerah ini dan sekitarnya. Ini merupakan stasiun radio pertama di jajaran PMI di seluruh Indonesia.

Harapan kami dari PMI Cabang Siantar Simalungun agar Perkampungan Peduli HIV/AIDS se Sumatera Utara ini dapat membuahkan
SATU KEBULATAN TEKAD atau KOMITMEN BERSAMA,
baik dari
Pemerintah,
TNI/POLRI,
Generasi Muda dan
Masyarakat Kelompok Peduli HIV/AIDS

untuk

MENCEGAH PENYEBARAN HIV/AIDS
TANPA PENDISKRIMINASIAN PENDERITA HIV/AIDS

Karena

MEREKA JUGA MANUSIA YANG BUTUH DUKUNGAN DAN KASIH SAYANG DARI KITA,

sesuai tema peringatan Hari AIDS Sedunia hari ini:
STOP AIDS, SAATNYA MELAYANI.

Keterlibatan ODHA dalam kebulatan tekad ini sangat kita harapkan agar Saudara, keluarga dan sahabat mereka tidak menderita seperti mereka sendiri.

• ODHA BUKAN UNTUK DIJAUHI…
• JANGAN BIARKAN ODHA HIDUP MENYENDIRI…
• BERSAMA ODHA MARI MENYAMBUT HARI ESOK YANG LEBIH CERAH

Akhirnya kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Panitia Penyelenggara yang telah bekerja keras sehingga kegiatan ini dapat berlangsung. Kepada Palang Merah Jepang kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas dukungan moril dan materil sehingga kegiatan ini dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan.

Pematangsiantar, 7 Desember 2006

Pengurus Cabang
PALANG MERAH INDONESIA
Kab. Simalungun/Kota Pematangsiantar


Dr. Sarmedi Purba
Ketua
Photobucket - Video and Image Hosting
Wawancara Radio PMI FM Siantar Simalungun
Photobucket - Video and Image Hosting
Bersama Miss Tamaki (Japan Red Cross), Patrick Bolte (German Red Cross), Pengurus Daerah PMI dan Pelatih Inti HIV AIDS PMI Siantar Simalungun