Tuesday, January 29, 2008

Bill Saragih Telah Tiada

Posting barsim@yahoogroups.com 29 Januari 2008

Rekan-rekan yang turut berduka atas kepergian Abang
Bill,
terima kasih banyak.

Tadi saya dapat informasi,
rencana penguburan Bill Saragih hari Jumat, 1 Februari 2008 di Taman Pahlawan Kalibata,
karena menunggu anaknya datang dari Sydney.
Mudah-mudahan kehadiran keluarga dari Sydney tidak
tertunda. Besok malam "riah tongah jabu" (perhelatan keluarga) untuk
memutuskannya di rumah duka Taman Rempoa Indah D24.

Tadi saya bertukar sms dengan pencinta Bill non
Simalungun. Yang saya ingat pada tahun 60-an, saya
waktu mahasiswa, pernah ikut Bill (angkat instrumen)
ke Lantai 14 HI. Kami bersembunyi dibelakang pemain
bas, yang kebetulan adiknya Bill, nama julukannya
Manio alias alm Banner, alias Nengneng. Bill sering
teriak cakap kotor bahasa Simalungun di sela musiknya,
seperti lazimnya teriakan selingan pemain jazz,
misalnya dibilangnya "tois bennima". Kami ketawa
terbahak-bahak.

Selain pemusik jazz dia juga entertainer kawakan, yang
sering buat lelucon diantara show jazznya. Yang paling
saya ingat ceritanya tentang persembahan 3 orang kaya,
yang pertama orang Jerman yang lurus membagi hartanya
dengan membuat garis di atas tanah dan melemparkan
uang kepingan mas ke atas dan jatuh kebawah. Si kaya
bilang, semua uang yang jatuh diseberang garis, saya
persembahkan untuk Tuhan, yang sebelah sini untuk
saya. Orang kedua adalah orang Arab yang membuat
lingkaran kecil di atas tanah dan melempar uang ke
atas dan jatuh berserakan di dalam dan sekitar
lingkaran. Orang Arab ini berkata, yang dalam dalam
lingkaran ini saya persembahkan kepada Tuhan dan yang
diluarnya untuk saya. Yang terakhir adalah orang kaya
Yahudi. Dia melempar kepingan uangnya ke atas dan
berkata, yang naik ke atas kupersembahkan untuk Tuhan
dan yang sisanya untuk saya.

Pada Synode Bolon GKPS di Bogor tahun 90-an saya
dengar cerita, dia (didepan para peserta sinode yang
banyak pendeta) sok lebih akrab dengan Tuhan dengan
memanggilnya si Han (nama kecil dari Tuhan).

Setelah berkelana ke Thailand dan Australia, dia
pulang ke Jakarta. Pada tahun pertama Bill belum punya
tempat main di Jakarta. Karena saya kebetulan di
Jakarta dan mau jumpa bang Bill, dia minta saya datang
ke Hotel Sari Pacifik. Di sana kami nonton Jazz dari
Amerika sambil minum. Waktu pemain Jazz Amerika itu
istirahat, Bill ambil fluit dari kotaknya, dia tiup
dengan merdu, diiringi pemain piano di hotel itu.
Tamu-tamu semua senang. Seorang tamu Jerman di
belakang kami bilang, mereka lebih senang dengar Bill
dari orang Amerika itu.Komentar kami, Bill memang
tidak pernah jaga gengsi sebagai pemain jazz kondang.

Saya pernah mengunjungi Bill di Sydney tahun 1980 di
mana saya diajaknya liat dia main diiringi Jack
Lesmana pada satu restoran di dalam bangunan shopping
centre. Saya diajaknya secara serius untuk pindah ke
Sydney karena dia bisa tolong saya dapat permanent
stay permit dengan alasan family reunion. Saya
memutuskan tetap di Siantar karena baru pindah dari
Saribudolok. Di rumah Bill di bilangan daerah elit
Sydney, dia berkata, kalau musim dingin di mana
jendela jadi buram, saya rindu ke Indonesia dengan
mata berkaca-kaca.

Mungkin banyak teman-teman yang punya pengalaman
dengan Bill semasa hidupnya, bisa menceritakan dalam
milis ini. Mana tau moderator JRS bisa buat filing
untuk kemudian diingat oleh anak cucu, dikenang oleh
khalayak Simalungun, bahwa ada warga kita seorang
pemain jazz kondang bertarap internasional.

Kami mengenangmu bang Bill

Sarmedi

Thursday, January 24, 2008

Fotobericht ueber Besuch von Prof Wolfgang Koenig in Siantar

Am 24. Januar 2008 besuchte Prof. Wolfgang Koenig das Kinderheim der Tsunamiopfer aus der Insel Nias in Pematangsiantar. Hier ist ein Fotobericht: