Thursday, August 31, 2006

Muctar Pakpahan : Sebaiknya PTPN Dilikwidasi Diberikan Kepada Buruhnya

Ditulis oleh Redaksi
Thursday, 31 August 2006
Pematangsiantar (SIB)
Ketua Umum DPP Partai Buruh DR Mucktar Pakpahan dalam sambutannya pada
pembukaan Konferensi cabang partai Buruh Kabupaten Simalungun di Parbina Hotel P Siantar, Senin (28/8) menyebutkan bahwa dari beberapa kali pergantian kabinet, baik itu di era orde baru maupun setelah reformasi, khusus mengurusi BUMN Perkebunan selalu dilaporkan merugi, bahkan kehidupan buruh tetap miskin.
Dalam rangka pengaturan tanah khususnya mengenai perseroan terbatas perkebunan, partai buruh berpendirian PTPN sebaiknya dilikuidasi dan tanahnya diberikan kepada buruhnya. Setiap buruhnya mendapat 4 Ha per keluarga dengan sistem beli angsuran. Ini adalah sebagai bagian dari Prinsip Land reform, dimana semua petani harus memiliki tanah. Semua tanah harus diusahakan seefektif dan seproduktif mungkin.
Di sisi lain, kata Pakpahan, bahwa negara bertanggungjawab menyediakan kebutuhan produksi petani, seperti pupuk, pestisida, cangkul, hand traktor sekaligus untuk mengembangkan teknologi tepat guna dan seluruh lokasi pertanian harus dapat dilalui kendaraan roda empat dan dapat berkomunikasi melalui telepon sehingga dengan cepat mengetahui perkembangan pasar.
Pemerintah juga harus memproteksi pasar dan harga agar keluhan selama ini bisa teratasi, maka dibutuhkan badan-badan usaha sejenis yang berfungsi menjaga pasar dan menstabilkan harga, sehingga petani dapat dengan tenang hanya memikirkan peningkatan produksi, bahkan petani bisa diasuransikan untuk jaminan kesehatan dan perawatan seumur hidup.
Dalam Konfercab yang berakhir jam 18.00 WIB itu berhasil memilih ketua Partai Buruh Kabupaten Simalungun, Pasu Malau SH dan Sekretaris Ramlan Sinaga. Ketua dan sekretaris terpilih ini akan bersama-sama dengan formateur dua orang utusan kecamatan dan satu orang dari badan pendiri untuk menyusun kepengurusan lengkap yang diberi waktu selama satu minggu.
Turut memberikan kata sambutan pada acara pembukaan, ketua Partai Buruh Sumut Ir Harmen Manurung, Kordinator daerah pemilihan Sumut III Dr Sarmedi Purba SpOg dan Ketua Partai Buruh Kota P Siantar EB Manurung SH yang secara bersama-sama memberikan dukungan pengembangan partai buruh, sebab visi dan misi serta basis massa yang jelas sehingga pada pemilu 2009 partai buruh akan eksis di seluruh Indonesia.
Diumumkan oleh Mucktar Pakpahan bahwa sesuai hasil rapat lengkap DPP Partai Buruh telah menetapkan kordinator daerah pemilihan (KDP) yang bertanggungjawab memenangkan Partai Buruh pada pemilu 2009, khusus Sumut telah ditetapkan untuk Sumut I Prof OK Hairuddin SH, Sumut II DR Mucktar Pakpahan dan Sumut III Dr Sarmedi Purba SpOg. Partai buruh mematok minimal 5 persen akan bisa diraih pada pemilu 2009 nanti. (E5/f)
Photobucket - Video and Image Hosting

Monday, August 14, 2006

MALAM RENUNGAN 61 HUT RI DARI KORBAN MALPRAKTIK

MALAM RENUNGAN 61 HUT RI
DARI KORBAN MALPRAKTIK
Sekilas Pemikiran
Ketua Umum Forum Dokter Pembanding (FDP)
Pada Acara LBH Kesehatan pada 16/08/06 di Jakarta

Saudara-Saudaraku sebangsa dan setanah air,
Dalam keprihatinan kita pada nasib bangsa dan negara, marilah kita mensyukuri dan merenungkan 61 tahun KEMERDEKAAN INDONESIA. Sebagai tenaga profesional kedokteran kita prihatin mendengar 365 korban dugaan malpraktek dokter negeri ini yang terdaftar pada LBH Kesehatan Jakarta. Kalau ini benar maka saya berani mengatakan bahwa sudah terjadi 365 kali 1000 atau 365.000 atau mungkin lebih lagi dugaan malpraktek di Indonesia, karena 365 kasus tersebut hanyalah puncak gunung es dari buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia.

Malpraktek (=kegagalan dokter untuk menyelaraskan diri pada standard of care) di negeri ini sebagian besar terjadi karena sarana dan prasarana yang tidak memadai untuk menyembuhkan orang sakit. Mulai dari perumahsakitan yang sedang sakit, artinya tidak mampu lagi membenahi diri sendiri, pemasukan rumah sakit yang lebih kecil dari pengeluarannya, sehingga tidak mampu untuk menyembuhkan pasien yang datang berobat, sesuai dengan standar pelayanan masa kini. Bagaimana rumah sakit yang sedang sakit mampu menyembuhkan penyakit? Bagaimana instalasi kesehatan yang sudah bangkrut bisa menciptakan kesejahteraan atau menjadi .fasilitas umum yang layak (UUD 45 Ps 34 ay. 3)

Tidak tertutup juga kemungkinan terjadinya malpraktek karena praktek kedokteran itu dilakukan dengan biaya yang dibawah standar pelayanan yang berlaku. Tiap hari kita alami pasien tidak dioperasi karena ketiadaan dana pribadi. Dari sistim asuransi yang difasilitasi pemerintah sering obatnya terbatas dan karena itu harus diresepkan di luar tanggungan Askes atas biaya pasien. Jaminan Kesehatan Jamsostek yang menyediakan dana hanya Rp 6.000 tiap kunjungan berobat jalan (laporan tahunan PT Jamsostek 2005), Asuransi Kesehatan Untuk orang Miskin (ASKESKIN) yang preminya Rp 5000 per bulan per orang. Angka-angka yang tidak masuk akal ini bisa memicu tindakan malpraktek dari dokter Indonesia tanpa disadari pelakunya sendiri.

Pelayanan kesehatan yang kita gambarkan di atas tidak akan dapat diperbaiki karena tidak ada sistim evaluasi pelayanan kesehatan yang berfungsi meningkatkan kualitas pelayanan itu sendiri. Ini karena tidak ada perencanaan untuk peningkatan kinerja kesehatan yang memadai, rekam medik yang tidak memberikan kemungkinan untuk dievaluasi (tidak lengkap, tidak terbaca, sering data hilang, belum ada sistem informasi rumah sakit yang berfungsi dengan benar).

Situasi dan kondisi pelayanan kesehatan yang amburadul ini berpotensi jadi malpraktek. Hal ini dipicu lagi untuk timbul ke permukaan dengan bertambahnya tingkat ketidakpuasan pasien karena angka kegagalan penyembuhan yang terus menerus meningkat. Ini dapat kita amati dengan bertambahnya pasien yang pergi berobat ke luar negeri seperti ke Malaysia, Singapura dan Australia. Eksodus pasien ke luar negeri akan menambah penurunan investasi pemodal dalam penyediaan sarana kesehatan (rumah sakit baru, rehabilitasi rumah sakit, penambahan alat baru, penggantian alat yang sudah rusak, dll.). Lingkaran setan sistem kesehatan yang buruk ini sedang berlangsung di tanah air yang kita cintai ini.

Mengapa negara yang kita proklamirkan 61 tahun yang lalu itu belum mampu menolong penderita yang ingin disembuhkan. Mengapa negara tetangga kita yang merdeka 12 tahun sesudah Indonesia sudah mempunyai health insurance scheme yang mampu menyembuhkan penyakit yang diderita rakyatnya.

Mengapa sampai sekarang belum ada pejabat yang kompeten yang memikirkan dan merencanakan secara serius masalah kesehatan yang merupakan kebutuhan dasar rakyat Indonesia ini. Apakah dokter-dokter dan ahli kesehatan Indonesia sedang tidur? Apakah mereka tidak melihat sekitarnya, tidak melihat perkembangan ilmu kesehatan sejagad. Apakah penderitaan rakyat Indonesia ini bisa kita kategorikan sebagai Pelanggaran Hak Azasi Manusia oleh Negara? Atau malah Malpraktek oleh Negara yang muaranya kita kenal sebagai Malpraktek Dokter?

Karena itu kepada Saudara-saudaraku yang mengklaim dirinya sebagai Korban Malpraktek Dokter, teruskanlah perjuangnmu, karena Engkau tidak sendirian. Engkau adalah wakil dari berjuta-juta rakyat Indonesia yang mengalami nasib yang sama atau berjuta-juta penderita yang mengalami keadaan yang lebih buruk dari Engkau sendiri. Mereka bermukim di semua pelosok Indonesia, yang mengalami busung lapar, yang tidak memiliki akses pada pelayanan kesehatan, yang tanpa salahnya sendiri menjadi korban kemiskinan struktural, mereka tidak mampu bersuara seperti Saudara-saudara yang hadir di sini karena ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka.

Kepada Saudara-saudaraku yang telah dipilih, diangkat atau memunculkan diri sendiri menjadi pengayom perjuangan ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan di negeri ini, bangkitlah dan bergegaslah untuk mengajukan gagasan-gagasan baru, menghitung dan menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan yang realistis. Suarakanlah agar Askeskin 5000 rupiah jangan dijadikan propaganda politik, hukumlah penyelewengan dana kesehatan yang menghambat upaya penyembuhan rakyat miskin, haramkanlah korupsi pada bidang kesehatan. Kami menunggu 5 tahun, paling lambat 10 tahun, sampai sistem penjaminan biaya pelayanan kesehatan tersedia di negeri ini.
Photobucket - Video and Image Hosting
Dr Sarmedi Purba menyampaikan Renungan 61Th RI dengan mengkritik sistem pelayanan kesehatan yang mendorong terjadinya malpraktik di Indonesia

DIGAHAYU INDONESIA…
Merdeka, Merdeka, Merdeka 100 Persen!

Dr.med. dr. Sarmedi Purba, SpOG
Ketua Umum Forum Dokter Pembanding
Jakarta
sarmedipurba@hotmail.com
http://sarmedipurba.blogspot.com
www.vita-insani.co.id
www.binainsani.org

Tuesday, August 01, 2006

Familientreffen

Christina und Gidion wollen ihr Leben veraendern und in Thailand leben und arbeiten. Christina wird von der bisherigen Arbeitsstelle in Bali als Marketing Director in einem anderen Four Seasons Resort auf der Insel Ko Samui, am Golf von Siam versetzt. Sie geht am 20. August 2006 voraus und ihr Sohn Sebastian kommt nach ca 10 Tagen nach. Gidion arbeitet noch in Bali bis Ende des Jahres. Aus diesen Gruenden wollten wir ein Familientreffen in Jakarta machen.

Das erfreuliche Geschehen fand am 28. bis 30. Juli 2006 in Mercure Hotel, Ancol am Golf von Jakarta stat. Die Oma und Opa Purba freuten sich natuerlich am meisten, da sie ihre Kinder und vor allem ihre Enkelkinder wieder umarmen konnten. Das war wirklich eine schoene Zeit fuer uns alle. Ein Gottes Segen fuer uns alle.

John Sardi und seine Freundin Putri kommen auch von Bali zu diesdem Treffen. Als Gastgeber ist die Familie Tambunan (wohnhaft Jakarta), die unsere Hotelzimmer, Verpflegung und Unterhaltung im Sea World organisierte. Wie berichtet hat Tatiana ihre Facharztausbildung in der Universitas Indonesia beendet und am 10. Juli 2006 waehrend des Indonesischen Gynaekologenkongresses in Manado eine Facharztanerkennung offiziel verliehen bekam.

Am 29.7. haben Christina und Gidion einige Verwandten zu einem Abschiedsfeier in einem Restaurant in Pluit, Jakarta eingeladen. 25 Leute sind gekommen: Opa und Oma Tambunan mit ihren Kindern und Enkeln, Bruder Sam und Andre aus Jakarta (Gidions Brueder) mit Frau Sam und Sohn; Niko und Frau mit 2 Kindern. Sie alle wollten die Familie Adinugraha mit ihrem Gebet nach Thailand begleiten.

Photobucket - Video and Image Hosting
Oma und Opa Purba mit Kindern und Enkeln
Photobucket - Video and Image Hosting
Familie Adinugraha: Christina, Gidion und Sebastian
Photobucket - Video and Image Hosting
Familie Tambunan: Regina Tatiana, Martua Eliakim, Lehetta Rosa und Gracia Clara