Pidato Ketua Badan Pembina YPSM BINA INSANI
Dr Sarmedi Purba
Pada acara Malam Renungan AIDS Nusantara 2007
Di Gedung Olah Raga Pematangsiantar 19 Mei 2007.
Salam sejahtera bagi kita seluruhnya.
Marilah mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita dapat menyelenggarakan acara Malam Renungan AIDS Nusantara 2007 ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak, Ibu dan Saudara sekalian karena bersedia menyediakan waktu untuk acara yang maha penting ini di tengah-tengah kesibukan Bapak Ibu dan Saudara sekalian. Saya yakin, kita semua yang berkumpul di tempat ini bertekan akan menyampaikan pesan-pesan terkait dengan masalah HIV/AIDS. Saya sebagai Dewan Pembina dan Pendiri Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusiawi (YPSM) BINA INSANI merasa sangat terbantu. Saya sangat berterimakasih atas partisipasi tersebut.
Saya terkesan bahwa kegiatan Malam Renungan AIDS Nusantara ini telah diawali dengan pawai massal keliling kota Pematangsiantar. Tentunya, kegiatan itu juga menjadi sebuah bentuk media kampanye bagi warga kota Pematangsiantar.
Perlu saya jelaskan, sekitar perlunya acara Malam Renungan AIDS Nusantara 2007.
Setiap Mei, minggu ke 3 di seluruh dunia, hingga tahun ini, masih setia mengadakan malam renungan AIDS. Yayasan BINA INSANI, sampai saat ini telah mencoba memberikan kontribusi dengan mengadakan acara Malam Renungan AIDS Nusantara. Dan Malam Renungan AIDS Nusantara 2007, merupakan kontribusi Bina Insani untuk yang ke-5 kalinya. Acara ini merupakan upaya pembangkitan kepedulian, empati, dan dukungan terkoordinasi terhadap Orang-orang Dengan HIV/AIDS di seluruh dunia, yang hingga saat ini terus bertambah. HIV/AIDS tampaknya telah menjadi fenomena global yang mengundang perhatian dunia. Betapa tidak, sejak pertama kali dikenal pada tahun 1981, AIDS telah membunuh lebih dari 39,5 juta orang dan mencapai rekor sebagai epidemic penyakit paling mematikan dalam sejarah dunia.
Dengan skala dan impact-nya yang luas, HIV/AIDS telah menjadi epidemi global yang menyerang setiap tingkat kehidupan masyarakat sekaligus salah satu ancaman paling serius yang dihadapi oleh umat manusia saat ini, karena tidak ada satu negara pun yang dapat mengklaim wilayahnya bebas dari HIV/AIDS. Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia sendiri sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut catatan Departemen Kesehatan RI (Ditjen Pemberantasan Penyakit & Penyehatan Lingkungan), sampai dengan 31 Desember 2006 kasus HIV/AIDS secara kumulatif telah mencapai angka 13.424 kasus dengan rincian 8.194 penderita AIDS dan 5.230 pengidap HIV. Dari jumlah tersebut, ternyata kasus HIV/AIDS juga telah merambah di kawasan Siantar dan Simalungun
Tema Internasional AIDS Candlelight Memorial 2007 adalah “Membuka Jalan Menuju Dunia Tanpa AIDS” atau “Leading the Way to the World Without AIDS”
Berjuta-juta wajah di seluruh dunia, yang peduli, yang bersedih, yang marah, yang prihatin, yang menanggung nyeri, dan wajah-wajah lainnya, bersatu berbagi semangat dalam menghadapi AIDS, menghadang laju penyebaran HIV. Untuk satu malam saja, hendaklah kita melupakan perbedaan dan perselisihan di antara kita, serta mengingat bahwa masih ada masalah lain yang juga layak dipikirkan. Semoga, kebersamaan yang bisa dijalin dalam satu malam ini, bisa dipertahankan bagi hari dan malam selanjutnya. Dengan demikian, semoga kelak kita tidak perlu lagi mengadakan malam renungan AIDS.
Malam Renungan AIDS Nusantara ini bertujuan untuk menyatukan semua orang dalam memikirkan epidemi AIDS yang sudah banyak mengambil nyawa manusia di dunia. Kita diajak juga untuk memberi dukungan kepada Orang dengan HIV/AIDS (Odha) dan Orang yang hidup bersama dengan penderita HIV/AIDS (Ohidha). Melalui renungan AIDS kita diajak bukan saja untuk peduli terhadap masalah AIDS tetapi melalui renungan kita diajak untuk mengambil langkah-langkah penanggulangannya.
Sejak lama, berbagai solusi telah dikeluarkan untuk mengatasi gerak laju HIV/AIDS. Dan saat ini sejarah pengobatan HIV/AIDS telah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan dengan ditemukannya obat antiretroviral. Akan tetapi, selain terbilang mahal, obat ini hanya sebatas memperlambat pembelahan (reproduksi) virus dan mencegah atau mengurangi beberapa efek yang diakibatkannya. Ilmuwan di seluruh dunia sedang bekerja keras mencari vaksin pembentuk kekebalan tubuh terhadap HIV. Tetapi sampai sekarang sesungguhnya belum ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV/AIDS.
Atas dasar hal ini, maka menerima apa adanya pengidap HIV/AIDS (ODHA), menjadi lebih penting ketimbang mempersoalkan dari mana ia mendapatkannya, dari siapa, kapan, mengapa ia bisa tertular, yang justru akan lebih membawa luka baru bagi para pengidap HIV/AIDS. Atas dasar kemanusiaanlah, maka dia harus mendapatkan hak-haknya sebagai manusia sebagaimana layaknya. Di sinilah fungsi pendamping, utamanya keluarga, dapat lebih berperan sehingga sisa-sisa hidupnya dapat lebih berguna terutama bagi dirinya dan juga masyarakat.
Setiap orang yang terinfeksi maupun yang terkena dampak dari HIV/AIDS membutuhkan dukungan dan kasih sayang. Di pihak lain, upaya terpenting dalam memerangi AIDS sesungguhnya adalah pencegahan melalui pendidikan dan penerangan kepada masyarakat. Selain memberi bimbingan dari sisi moral dan akhlak, yaitu mendorong masyarakat untuk menjalani kehidupan yang sehat, penerangan mengenai apa sebenarnya penyakit AIDS juga harus disebarluaskan kepada masyarakat. Sebagian besar dari mereka terjangkit penyakit AIDS karena ketidaktahuan dan kurangnya informasi.
Perlu saya tekankan bahwa penularan HIV AIDS umumnya melalui 3 cara:
1. hubungan sex (sex vaginal, oral atau anal) dengan orang yang terinfeksi HIV
2. Berbagi spuit dan jarum suntik dengan orang yang terinfeksi HIV
3. Tertular sebelum dan waktu lahir (janin dan anak) dan waktu menyusui dari ibu yang terinfeksi HIV.
Dan orang tidak tertular HIV dengan bersalaman, berpelukan atau serumah dengan pengidap HIV. Juga tidak tertular kalau makan dan minum bersama ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Juga kita tidak akan tertular HIV/AIDS dari duduk di WC, cuci tangan di kran umum, pegang gagang pintu, dari piring, gelas minum atau dari hewan peliharaan. Dan nyamuk tidak bisa menyebarkan HIV/AIDS.
Dalam kesempatan ini perlu saya sampaikan bahwa :
Atas kerjasama dengan Family Health Indonesia, Bina Insani dan Puskesmas Kerasaan akan menyediakan layanan tes Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS di Kabupaten Simalungun.
Untuk layanan konseling dan tes IMS, HIV/AIDS di klinik Puskesmas Kerasaan adalah pada hari Senin-Rabu pada jam 11.00 s/d jam 15.00 dan pada hari Jum’at, pada jam 09.00 s/d jam 12.00
Untuk layanan konseling dan tes IMS, HIV/AIDS dengan mobil klinik, di Bina Insani, Jln. Pantai Timur No. 91 Pematangsiantar adalah setiap hari Kamis, Minggu ke IV, pada jam 10.00 s/d jam 15.00
Akhirnya ijinkan saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran para bapak/ibu dan saudara-saudara pada Acara Malam Renungan AIDS Nusantara 2007.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, Acara ini dengan resmi saya buka.
Semoga kita semuanya mendapat berkat dan lindunganNya dan para bapak/ibu serta saudara dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik.
Terima Kasih. Horas.
Dr. Sarmedi Purba
Ketua Badan Pembina/Pendiri
Yayasan Bina Insani Pematangisantar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment