Saturday, September 25, 2010

Operasi Plastik Vagina

Operasi Plastik Vagina
(penjelasan tambahan untuk detikHealth edisi 01/07/2010 18.15WIB dengan judul: Operasi Vagina dan Risiko yang Mengintainya
http://health.detik.com/read/2010/07/01/181541/1391282/763/operasi-vagina-dan-risiko-yang-mengintainya )

Operasi vagina (kolporafi, operasi plastik vagina) maksudnya untuk memperbaiki anatomi dan fungsi vagina sehingga sama dengan wanita yang belum melahirkan. Kebanyakan luka dan peregangan vagina tidak dapat dikembalikan pada situasi semula karena teknik operasi repair luka persalinan dan senam pasca persalinan yang kurang sempurna.

Akibatnya sering ada parut, luka yang tidak menyatu dan peregangan, sehingga vagina tidak menutup dengan sempurna seperti sediakala. Akibatnya kecenderungan infeksi (keputihan, vaginitis) dan ketidakmampuan wanita untuk merapatkan otot vagina waktu bersanggama bisa terjadi. Kalau keluhan itu ada, tentu ada indikasi medis untuk melakukan operasi.

Di RS Vita Insani, di mana saya bertugas, operasi ini membutuhkan waktu 30 menit, bius umum (karena alasan psikhis pasien) dan biayanya sekitar Rp4-7 juta, bisa pola day care.

Setiap operasi mengandung risiko, namun kalau operasi kecil (seperti pada operasi vagina) dan keadaan umum pasien baik, faktor risiko juga kecil, sama dengan operasi lainnya. Pendarahan dan infeksi adalah risiko umum setiap operasi, tapi persentasinya kecil, dibawah 1 % di RS kami.

Yang pasti tidak ada yang mati rasa atau syarafnya terpotong pada ratusan operasi yang kami lakukan. Ukuran vagina diukur sebelum operasi dan sampai sekarang belum ada keluhan aneh tersebut di atas saya jumpai, termasuk dari perawat kamar bedah kami yang sudah menjalani operasi plasitk vagina.

Mudah-mudahan penjelasan ini dapat menambah wawasan pembaca dari seorang profesional yang berpengalaman 40 tahun.

Thursday, September 23, 2010

Perlukah Indonesia membendung globalisasi pelayanan kesehatan?

Saya ingin menambahkan pendapat tentang globalisasi khususnya pada pelayanan kesehatan.

Secara umum satu negara menyetujui globalisasi dengan tujuan agar kualitas produk domestik diuji kecanggihannya dengan produk internasional.

Pengalaman negara yang menutup diri terhadap globalisasi (misalnya negara komunis dulu) ternyata mengalami kemunduran pada kualitas prodduknya, karena tidak ada saingan, tidak ada improvement. Akhirnya ketinggalan dalam teknologi dan pada gilirannya bangkrut karena tidak efisien.

Khusus pada dunia kedokteran, RI sudah memutuskan go international, dengan maksud agar dokter kita dimampukan bersaing dengan dokter asing. Sekarang persaingan baru sebatas bahwa pasiennya boleh memilih berobat ke luar atau dalam negeri. Pada gilirannya dokter asing juga masuk ke Indonesia. Sekarang kabarnya sudah ada di Jakarta, gimana caranya tidak tahu.

Selama ini dokter Indonesia khususnya melalui IDI dan Depkes memasang administrative barrier dengan macam-macam peratuan dengan dalih melindungi pasien domestik. Ini sering juga dengan dalih bahwa kita juga diperlakukan dengan cara yang sama di seberang sana.

Kalau kita lihat kepentingan pasien Indonesia, apakah benar kita melindungi mereka? Atau hanya melindungi dokter Indonesia yang takut kehilangan income.

Kalau dibanding dengan ponsel, banyak keuntungan globalisasi dengan masuknya barang dari Cina. Harganya murah, pembantu saya semua mampu punya ponsel.

Nah, apakah pada pelayana kesehatan juga begitu, bahwa rakyat Indonesia lebih untung kalau dokter dari Penang itu boleh masuk ke Medan dan buka RS di sini. Demi rakyat, itu menguntungkkan Demi dokter tidak. Apakah dokter Indonesia pro rakyat atau hanya memikirkan fulusnya saja.

Jadi ini masalah moral dan etika dokter, how we treat our people, jadi masalah politik kesejahteraan rakyat.

Kalau demi rakyat, biarkanlah orang asing masuk, berikan juga kesempatan dokter asing melayani. Dokter Indonesia harus dipaksa mampu bersaing, dengan demikian kualitas dokter kita akan meningkat, setara atau lebih baik dari dokter asing.

Pada tahap tertentu sering politik proteksi dibutuhkan agar produk atau SDM dalam negeri terlindungi. Itu sudah kita lakukan selama 20 tahun. Pertanyaannya apakah sudah waktunya going international atau tetap self protection dengan konsekuensi kualitas pelkes kita terus menurun. Boleh saja pada satu waktu kita terbangun dan baru menyadari bahwa kita sudah tertinggal jauh dari teknologi kedokteran di Singapura atau Malaysia.

Sarmedi

Dr med Sarmedi Purba SpOG
http://sarmedipurba.blogspot.com

Friday, September 03, 2010

Lima Relawan PMI Diberangkatkan ke Karo



Rabu, 01 September 2010
SIANTAR-METRO; Sebanyak lima orang relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Siantar-Simalungun diberangkatkan ke Tanah Karo untuk membantu warga di camp pengungsian. Mereka berangkat, Selasa (31/8) pukul 07.30 WIB dari halaman Kantor PMI di Jalan Sutomo Siantar.
Sesampainya sampai di sana, tim medis darurat yang mewakili Kota Siantar ini akan bergabung dan berkoordinasi dengan tim PMI dari pusat dan daerah yang sudah siap di daerah gunung Sinabung.
Relawan PMI Siantar ini berangkat dengan menggunakan satu unit mobil Ambulance gawat darurat dengan membawa berbagai obat-obatan yang dibutuhkan para pengungsi di camp-nya masing-masing. Di sana, relawan akan memasuki semua posko pengungsi yang ada untuk memberikan pengobatan bagi warga yang sakit dan butuh bantuan.
Kelima relawan tersebut, M Zakaria selaku Ketua Tim, Kristina Melada Purba yang merupakan tenaga Medik, Rudi A Siringoringo (Tenaga Medik), Ritna Rafika Yanti kru ambulance dan Lili Sitepu selaku relawan Ambulance.
Para relawan akan menetap selama seminggu. Setelah itu, mereka kembali ke Siantar dan akan digantikan tim kedua yang akan mengenban misi kemanusiaan selama seminggu. Sesuai surat tugas yang di berikan Ketua PMI Siantar-Simalungun, Dr Sarmedi Purba, pelaksanaan misi kemanusiaan membantu pengungsi Sinabung hanya selama 14 hari. Jika diperlukan lagi, termasuk pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan bencana gunung berapi nantinya, tim relawan PMI dengan senang hati melaksanakannya.
"Yang kita berangkatkan ada lima relawan. Masing-masing mereka punya tugas, baik sebagai tenaga medik ataupun kru ambulance. Surat tugasnya sudah diberikan dan mereka akan melaksanakan program mobil klinik di sana. Artinya, setelah berkoordinasi dan bergabung dengan tim pusat dan daerah, maka tugas akan dibagi untuk memberikan pertolongan kesehatan terhadap pengungsi Sinabung dengan cara keliling ke seluruh daerah bencana di beberapa kecamatan," kata Dr Sarmedi Purba.
Ditambahkannya, pemberangkatan relawan ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat Siantar terhadap saudaranya yang sedang mengalami bencana di sekitar kawasan Gunung Sinabung.
Bagi masyarakat lain yang merasa peduli, juga bisa memberikan bantuan berbentuk makanan instan, obat-obatan dan dana berbentuk uang dan menitipkannya di kantor PMI, Jalan Sutomo Siantar. Di sana, masyarakat bisa menemui Marulam Simarmata, selaku Wakil Ketua PMI bidang penanggulangan bencana, atau petugas yang sedang piket. "Bagi masyarakat Siantar-Simalungun yang ingin memberikan bantuan juga bisa menitipkannya di Kantor PMI Siantar Simalungun," tambah Sarmedi. (mag-16)
http://metrosiantar.com/METRO_SIANTAR/Lima_Relawan_PMI_Diberangkatkan_ke_Karo