Friday, September 28, 2007

EMPAT TAHUN HUTAN DOA DI PARTAYUBAN

Hutan doa di Partayuban Desa Sondiraya, yang mulai ditanam pada J100 , Jubileum 100 Tahun Injil di Simalungun, tidak terasa sudah 4 tahun umurnya. Hari ini foto-foto hutan meranti, ingul dan mayang tersebut diambil dan ditayangkan di sini. Pada bulan Agusuts 2003 sebanyak 2000 pohon ditanam. Pernah juga terbakar pada tahun 2004, ditanam lagi oleh lawei saya Pak Jaludin Sinaga dari Bahapal Raya.

Bulan Pebruari 2007 ada lagi tambahan lahan baru ex tanah Sariaman Purba yang berbatasan dengan hutan lama. Di sini ditanam lagi 2500 pohon yang kebanyakan ingul (lihat 2 foto terakhir). Pohon matoa yang tumbuh lebat di tanah Papua kebanyakan tidak tumbuh di atas lahan yang tingginya 1000m di atas permukaan laut ini.

Belakangan ini ada 500 pohon mahoni ditanam untuk mengganti tanaman yang mati. Mudah-mudahan bisa tumbuh di Sondiraya karena menurut informasi pohon mahoni bisa tumbuh sampai ketinggian 800m saja.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Sunday, September 16, 2007

Sekali lagi tentang PEMEKARAN SIMALUNGUN

Rakyat Simalungun Dirugikan Tanpa Pemekaran
Oleh Sarmedi Purba
Thesis:
1. Rakyat Simalungun akan dirugikan kalau pemekaran Kabupaten Simalungun tidak jadi direalisasikan.
2. Melestarikan budaya Simalungun harus ditempuh dengan membuat rakyat Simalungun sejahtera.
3. Pemekaran daerah adalah salah satu jawaban atas sentralisme pemerintahan yang selama ini menghambat pembangunan.
4. Langkah praktis pemekaran Kabupaten Simalungun adalah bergegas membentuk PANITIA PERSIAPAN PEMBENTUKAN KABUPATEN SIMALUNGUN HATARAN.

• Rakyat Simalungun akan dirugikan kalau pemekaran Kabupaten Simalungun tidak jadi terlaksana. Mengapa?

1. Dana pembangunan lebih sedikit dibanding dengan daerah lain; contoh: APBD 4 kabupaten ex Tapanuli Utara (Taput) sekarang membengkak fantastis dari Rp 600 M (sebelum pemekaran) menjadi Rp1,2T (sesudah pemekaran menjadi 4 kabupaten) sedang Kabupaten Simalungun hanya Rp700M (APBD 2007). Artinya lebih banyak uang yg dikelola ex Taput dari Kabupaten Simalungun, lebih cepat pembangunan di sana dan lebih banyak pengangguran diserap sebagai PNS dan karyawan swasta dengan pembentukan daerah otonomi baru. Lihat saja Pangururan di Kabupaten Samosir, jalan desanya sudah aspal beton, RSU (Rumah Sakit Umum) di Pangururan menjadi RSUD Kabupaten menerima bantuan pusat dan APBD Provinsi dan Kabupaten. Hal itu tidak terjadi di Perdagangan, Pematang Raya dan Saribudolok yang sampai sekarang tetap jadi ibukota kecamatan. Padahal Saribudolok sampai 5 tahun lalu lebih hebat dari Pangururan.
2. Jalan antar kecamatan di Kabupaten Simalungun akan lebih cepat dibangun. Sejak 62 thn merdeka belum ada jalan antar kecamatan ke Kecamatan Raya Kahean (Sindarraya) dan Kecamatan Silou Kahean (Nagoridolog). Kalau bupati kabupaten dengan ibukota Sondiraya mengurusi hanya 16 kecamatan (lebih baik lagi kalau hanya 8 kecamatan) dari yang sekarang 32 kecamatan, pembangunan akan terfokus pada jalan yg kita harapkan dapat membuka daerah baru sehingga penduduknya mempunyai akses yang lebih baik pada pasar yang terbuka.
3. Proses demokratisasi lebih cepat terjadi yaitu yang mencakup kedekatan rakyat pada bupatinya, sehingga aspirasi mereka dapat tersalur dengan baik. Sulit dibayangkan kedekatan rakyat di Saranpadang dan dan Nagoridolog dengan bupati Simalungun di Pematangsiantar. Kemudian kontrol masyarakat terhadap kinerja eksekutif dan legislatif, termasuk dinas-dinas, lebih mungkin karena jumlah yg diurus lebih sedikit.

• Melestarikan budaya Simalungun harus ditempuh dengan membuat rakyat Simalungun sejahtera. Mengapa? Orang miskin sulit mengembangkan budayanya. Kadang orang miskin tidak mampu memenuhi syarat adat perkawinan karena ketiadaan dana. Dulu budaya dilestarikan raja-raja Simalungun karena hanya mereka yg mampu memperagakannya, membelinya, membiayainya. Karena itu kalau kebanyakan rakyat Simalungun, khususnya etnik Simalungun tetap miskin, bagaimana dia melestarikan budayanya. Ingat, raja-raja Simalungun tidak ada lagi. Karena itu percepatan pembangunan sangat penting. Salah satu cara mempercepat pembangunan adalah pembentukan daerah otonomi baru yg diamanatkan oleh undang-undang otonomi daerah. Budaya dan etnik Simalungun tidak dirugikan dengan pembentukan daerah otonomi baru. Malah diberikan peluang yg lebih luas untuk meng-exercise budaya itu dengan biaya yang lebih besar seperti yg kita lihat pada kabupaten lain yang sudah dimekarkan. Di manapun budaya Simalungun harus dilestarian oleh pendukungnya atau pemakainya (mereka adalah users dan costumers budaya Simalungun), di semua kabupaten yg mempunyai penduduk etnik Simalungun, seperti di Kabupaten Sedang Bedagei, Kota Tebing Tinggi, Kab Batubara, Kab Karo, dan malah di Jakarta dan Amsterdam, Frankfurt dan New York. Intinya, apakah kita tega membiarkan etnik Simalungun miskin karena takut mereka terpecah dalam kabupaten yang berbeda?

• Pemekaran daerah adalah salah satu jawaban atas sentralisme pemerintahan yang selama ini mengambat pembangunan. Setelah Orde Baru tumbang dibawah kepemimpinan Soeharto, baru kita sadar bahwa kita selama 30 thun mempunyai konsep yang salah. Salah satu kesalahan (selain korupsi yg tetap marak) adalah pengurusan pembangunan yang dipusatkan di Jakarta. Konsep pembangunan modern di negara berkembang dan negara industri maju (contoh Filipina, Thailand, Jerman) adalah pembentukan daerah otonomi yang memberikan hak mengatur dirinya sendiri karena merekalah yg lebih tahu apa yg mereka butuhkan untuk daerahnya. Pengaturan yg selama ini dilakukan oleh Jakata misalnya, memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya salah urus. Jadi kalo rakyat Simalungun tidak mau mengurus dirinya sendiri maka hak-hak mereka akan terabaikan dan pembangunan didaerahnya tetap lamban seperti sekarang ini. Ingat bahwa daerah yang terbelakang yang lebih membutuhkan pembentukan daerah otonomi baru.

• Langkah praktis untuk pemekaran Kabupaten Simalungun sekarang adalah membentuk Panitia Persiapan Pembentukan Kabupaten Simalungun Hataran. Panitia ini diharapkan didukung oleh bupati Simalungun, DPRD Kabupaten Simalungun, partai politik, tokoh masyarakat di Kabupaten Simalungun, khususnya tokoh masyarakat di 14 (?) kecamatan di daerah yang direncanakan menjadi Kabupaten Simalungun Hataran. Panitia melengkapi persyaratan sesuai aturan perundang-undangan dan mengajukannya ke DPR untuk dapat diundangkan sebagai usulan hak inisiatif DPR (jadi tidak usah melalui jalur eksekutif di daerah dan pusat, walaupun mereka tetap diberikan informasi agar mendapat dukungan via lobby - cara ini dibenarkan oleh UU). Dari presedens pembentukan daerah kabupaten baru semisal Tobasa, Samosir, Humbahas, Batubara dan lain-lain, yang potensinya setara atau malah lebih kecil dari Kabupaten Simalungun sekarang, tidak ada alasan dari siapapun untuk menolak pemekaran Kabupaten Simalungun. Lain hal kalau kita sendiri tidak mau karena kepentingan sesaat dan bersifat pribadi.-

Pematangsiantar 16 September 2007

Monday, September 03, 2007

Grand Opening Humanity-Station in Siantar Sukses

Pada hari Senin 3 September 2007 Drs H. Kasim Siyo, Ketua Pengurus Daerah Palang Merah Indonesia (PD PMI) meresmikan Radio PMI yang berubah nama menjadi Humanity Station in Siantar pada Frekuensi FM 105,40 MHz. Bertempat di di depan Sekretariat PMI Cabang Kota Pematangsiantar/Kabupaten Simalungun di Jalan Sutomo 256 grand opening ditandai dengan pelepasan balon Humanity Station in Siantar, disaksikan oleh Bupati Kabupaten Simalungun dan Walikota Pematangsiantar, masing-masing diwakitli oleh Oberlin Hutagaol dan Johannes Tarigan. Hadir pada kesempatan itu perwakilan dari Japanese Red Cross Society, Miss Tamaki Hatano yang didampingi oleh penggantinya yang baru Miss Maki Igarashi dan Mr Yutaka Oiwa, Japanese Red Cross Jakarta, yang menyumbangkan dana untuk pembangunan stasiun radio PMI yang baru itu.

Juga hadir perwakitlan Deutsches Rotes Kreuz (Palang Merah Jerman), Herr Patrick Bolte, yang menyumbangkan biaya pembangunan Gedung PMI baru di Pematangsiantar.

Pada kata sambutannya Dr Sarmedi Purba, Ketua PMI Cabang Siantar memberitahukan bahwa Humanity Station ini adalah radio kepalangmerahan yang pertama di Indonesia. Sejak tahun 1998 PMI di daerah ini telah berupaya membangun stasiun radio, tapi gagal karena peralatan yang kurang memadai. Baru sejak dua tahun ini direncanakan pembangunan stasiun radio FM dengan bantuan PMI Jepang, yang dikhususkan untuk menyebarkan informasi mengenai HIV AIDS untuk masyarakat, yang kegiatannya berpusat pada pencegahan, perawatan dan advokasi orang dengan HIV AIDS (ODHA). Sarmedi mengingatkan bahwa alat komunikasi elektronik ini harus dipergunakan dengan efisien, jangan underutilised, sehingga message tentang kegiatan kepalangmerahan dapat disampaikan secara intensif dan benar kepada masyarakat.

Apalagi dalam waktu dekat akan bertambah lagi kegiatan PMI Siantar Simalungun dengan aktivitas pengadaan ambulans 24 jam dan pengoperasian gedung baru PMI di Jalan Sutomo, yang didanai oleh Palang Merah Jerman.

Semoga Siaran Radio Humanity Station in Siantar FM 105,40 tetap jaya dan “sekali mengudara tetap diudara.”
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Balon Grand Opening Humanity Station in Siantar FM 105,40 MHz
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Dari Kiri: Dr Sarmedi Purba,Ketua PMI Siantar/Simalungun, Drs H. Kasim Siyo,Ketua Pengurus Daerah PMI Sumut, dr Waldy Saragih, Kadis Kesehatan Kab Simalungun, Interpreter dan Miss Tamaki Hatano, Palang Merah Jepang di Medan

Sunday, September 02, 2007

WENDY & DAVID’S WEDDING

WENDY & DAVID’S WEDDING
Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Akhirnya Wendy dan David mengakhiri masa lajang mereka dan bersatu membentuk keluarga yang yang puncak acaranya dilakukan dengan pemberkatan nikah di GKPS Satyanegara Pematangsiantar pada hari Sabtu 1 September 2007. Sesudah pemberkatan diberikan kesempatan untuk keluarga, handai tolan dan teman sejawat dari kedua keluarga untuk merayakannya di Balei Bolon GKPS Jalan Pdt Wismar Saragih Siantar.
Cukup ramai dan berkesan event yang berlangsung sepanjang hari itu. Pada kebaktian pemberkatan, Pdt Dr. Jaharianson Saragih mengingatkan akan pentingnya kebersamaan minat suami isteri, misalnya kalau sama-sama suka malling (shopping atau cuci mata di mall) itu lebih mudah menciptakan kerukunan dalam rumah tangga. Kalau salah satu pasangan dominan, sering keluarga mengalami ketegangan. Untunglah, kata Pendeta yang sekarang sedang bertugas sebagai Rektor Institut Teologia Abdi Sabda (ITAS) ini, bahwa Wendy dan David sama-sama suka ke mall dan keduanya mempunya beberapa minat yang sama dan keduanya tidak tipe yang ingin mendominasi. Paling sedikir itulah hasil “penelitian ilmiah” doktor teologia kita ini pada pembicaraan bimbingan pranikah yang dilakukan beberapa hari sebelumnay. Karena itu mereka diprediksikan menjadi pasangan yang serasi, walaupun baru beberapa bulan pacaran dan sudah lama saling kenal, kata pendeta itu dalam khotbahnya.
Pada acara resepsi yang juga diselenggarakan di halaman Balei Bolon GKPS itu, nampak hadir Ephorus GKPS Pdt Belman Purba Dasuha dan Sekjen GKPS Pdt Rumanja Purba MTh dan banyak rekan Pdt Berlian Saragih, bapak mempelai perempuan, yang sekarang bertugas sebagai pendeta resort GKPS Satyanegara Pematangsiantar. Nampak juga hadir Drs Kimmer Damanik dan ibu dan beberapa pejabat dan mantan pejabat di tingkat kota dan kabupaten Siantar/Simalungun, maupun tingkat provinsi. Ini kita maklumi karena banyak rekan Nyonya Nalim Purba boru Siahaan (ibu mempelai laki-laki) adalah para pejabat, karena almarhum suaminya adalah mantan pejabat di Pemerintah Kabupaten Simalungun.
Pada acara hiburan pada panggung resepsi, Prof Bungaran Saragih dengan spontan “manortor” dengan Marim Purba beserta keluarga Saragih Garingging dan Purba Dasuha, diiringi oleh penyanyi tenar Roslinda boru Sitanggang dengan lagu Deideng, Bintang Narondang Ou. Rupanya kedua mantan pejabat ini sangat menguasai dan menjiwai seni tortor Simalungun.
Acara adat berjalan dengan antrian panjang yang berlangsung sampai jam 6 sore. Tondong Sigumonrong 19 menyampaikan seperangkat pakaian adat dan perhiasan kepada kedua mempelai, mereka di-“hiou”-i dan di-“borastengeri”-i. Keluaraga Sigumonrong 19 bukan hanya 19 bersaudara laki-laki, tapi juga anak-anaknya, “botou”nya, “panogolan”nya dan seluruh keturunannya. Jadi Keluarga David dan Wendy mulai hari pemberkatan perkawainan mereka adalah juga keluarga Sigumonrong 19. Buatlah setiap pemberian dari begitu banyak keluarga sebagai kumpulan banyak mosaik yang membentuk suatu bangunan rumah tangga yang baik, indah dan sempurna, disukai oleh kerabat dan keduarga, demikian “tonah” dari Tondong Sigumonrong 19 yang disampaikan oleh Sarmedi Purba.
Selamat mengharungi hidup baru, Wendy & David.