Tuesday, November 23, 2004

Autobiografi: Terjun ke Politik

Terjun ke Politik

Setelah jatuhnya Soeharto dan Orde Baru maka terbukalah kesempatan aktivis terjun ke dunia politik. Sebelumnya kegiatan kemasyarakatan saya laksanakan melalui lembaga swadana masyarakat (LSM). Sesudah pulang dari Jerman pada bulan Oktober 1975 saya tidak melihat adanya peluang memasuki bidang politik di Indonesia karena semua partai-partai itu sudah diatur oleh kekuasaan pemerintah. Dengan alasan itulah kami mendirikan Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusiawi BINA INSANI PADA 1983 dimana saya duduk sebagai ketua yayasan. Pendirian Yayasan ini digagasi oleh Johanna Pattiasina dan Ned Riahman Purba dan setelah mengajak Frank Djingga, Dr Syahrul Tanjung, Dr. Sahala Nababan, Drs P.M. Sitanggang dan Pendeta Selamat Barus kami meng-akte-notaris-kan Yayasan BINA INSANI, yang masih berjalan dengan baik sampai sekarang.

Satu bulan sesudah peristiwa Mei 1998 saya mengadakan wawancara di Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) dengan gagasan bahwa orang-orang Kristen perlu mendirikan partai untuk menampung aspirasi warga Kristen dalam bidang politik. Beberapa saat kemudian Ketua Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia, Dr. Sri Hardono, yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Kristiani Sumatera Utara (FKKSU) mengadakan pertemuan-pertemuan diskusi tentang pendirian parpol di Medan dan selalu mengundang saya hadir.

Pada kesempatan kunjungan Koordinator Universitas Kristen se Indonesia di Mensa FKIP Universitas Nommensen Pematangsiantar tahun 1998 saya kembali melontarkan gagasan pendirian partainya orang Kristen ini, tapi tidak ditanggapi secara spontan oleh peserta rapat. Waktu itu hadir Prof. K.Tunggul Sirait, Prof. Sam F. Poli, Anton Reinhardt, SH dan Pdt. Jerry Sirait dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Saya berpendapat waktu itu bahwa selama 10 tahun terahir tidak ada lagi yang dapat menampung aspirasi gereja dan masyarakat Kristen dan karena itu pada kesempatan membentuk partai pasca Soeharta harus dimanfaatkan.

Beberapa saat kemudian Dr. Sri Hardono menelepon saya dan meminta kesediaan saya untuk memimpin partai yang digagasi kawan-kawaan di Medan. Pada tanggal 15 Agusutus 1998 kami membentuk dan mendeklarasikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB) di Medan Club, seminggu setelah deklarasi DPP di Gedung Juang Jakarta.

PDKB disambut dengan baik oleh tokoh-tokoh Kristen dan pimpinan gereja di Sumatera Utara. Dewan Pengurus Cabang (DPC) dengan cepat dapat dilantik di Kota Pematangsiantar, Kabupaten Simalungun, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai dan Medan. Kemudian menyusul Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias yang kami lantik dalam 3 hari. Di Nias seluaruh pimpinan dan tokoh gereja terlibat dalam pembentukan partai ini dan seorang pastor katolik juga turut menjadi pengurus partai. Sepulang dari Nias Prof. Midian Sirait dan kami rombongan DPD PDKB Sumut mengadakan audiensi dengan Pucuk Pimpinan HKBP dan sorenya melantik DPC PDKB Tapanuli Utara di Tarutung. Besoknya diadakan pelantikan di Balige untuk DPC PDKB Toba Samosir di Balige, di mana Prof Midian Sirait dari Jakarta, sebagai pendiri partai juga turut memberikan kata sambutan.

Yang setia menemani saya dalam perjalanan tersebut adalah teman saya waktu sama-sama di GMKI Medan dahulu, yaitu Drs Daulat Sitorus, kemudian Fofogo Buulolo. Pak Bulolo berjasa dalam pembentukan PDKB di Nias dan kebanyakan daerah lain yang sulit dibentuk berhasil kami benahi atas jasa-jasa baik Daulat Sitorus yang sudah lama berpengalaman berpartai, mulai dari Parkindo pada tahun 60-an yang kemudian bergabung dengan PDI pada tahun 1974.

Sahata B. Sitompul, salah satu Wakil Ketua DPD PDKB pernah berkata, kalau kita mau cari yang profi untuk berpartai, Daulat Sitoruslah orangnya. Walaupun alot kami berhasil membentuk kepengurusan PDKB di Labuhan Batu dan Tapanuli Selatan, kemudian Tanah Karo. Di Dairi terpaksa diadakan beberapa kali perobahan mandat dan pembentukan DPC memakan waktu yang lama. Pada waktu itulah Drs Tahan M. Panggabean bergabung dengan PDKB dan dia kami tugaskan untuk mebentuk kepengurusan PDKB di Dairi, yang akhirnya dapat kami lantik di Sidikalang dengan dihadiri oleh Prof. K. Tunggul Sirait dan Drs. Marim Purba dari Jakarta. Yang paling alot dan rumit adalah pembentukan DPC di Kabupaten Langkat dan Kota Binjai. Sampai saat Pemilu kepengurusan di dua daerah tsb. terasa kurang solid dan tidak memuaskan. Yang tidak terbentuk adalah di Kabupaten Mandailing Natal karena tidak ada yang mampu mendirikan partai tsb. di kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Selatan itu. Dengan demikian 20 DPC dari 21 kabupaten/kota dapat terbentuk dalam kurun waktu 6 bulan.

No comments: