Thursday, December 09, 2004

Autobiografi: PMI (Palang Merah Indonesia)

PMI

Rabu, 8 Desember 2004
PMI (Palang Merah Indonesia) memasuki hari ketiga Munas ke-18 di Hotel Sahid Jaya Jakarta. Munas ini dibuka oleh Preisden Susilo Bambang Yudhoyono pada 6 Desember yang lalu. Kesan saya SBY memiliki komitmen yang tinggi pada kegiatan PMI, seperti ditekankannya dalam pidatonya yang menekankan penghargaan kepada kegiatan PMI dalam bidang kemanusiaan dan perlunya bangsa Indonesia memperbaiki kesejahteraan rakyatnya, khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.

Kemarin Ketua Umum PMI, Ma’ri Muhamad menekankan kembali pentingnya membenahi PMI dngan kegiatan-kegiatannya yang terukur dan mengintensifkan kegiatan-kegiatan di tingkat daerah dan cabang dengan standard pelayanan yang sama. Yang perlu dicananagkan diseluruh jajaran PMI adalah bahwa PMI partner Pemerintah RI dalam menjalankan tugasnya dalam pelaksanaan upaya kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam bidang yang menyangkut kemanusiaan.

Hari ini, pada perdebatan di Komsi A yang membahas laporan pertanggungjawaban Ketua Umum PMI, saya memberikan pendapat bahwa perlu dirinci lebih jelas, sejauh mana PMI di seluruh Indonesia telah memenuhi tugasnya dalam bidang kepalangmerahan, misalnya dalam kegiatan yang ada, berapa persen PMI yang memenuhi syarat sebagai cabang dan berapa cabang yang menjalankan tugasnya menyelenggarakan Unit Transfusi Darah. Semuanya ini belum jelas dan ini penting agar target yang ditentukan dalam Rencana Strategis 2005-2009 terukur kemajuannya pada akhir periode kepengurusan yang akan datang.

Khusus mengenai RS PMI Bogor saya melihat laporannya kurang transparan sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Rumah sakit dengan 258 tempat tidur yang hanya mengelola Rp. 44 Milyar per tahun nampaknya kurang masuk akal. Harus dicaritahu dari pos apa saja uang masuk ini dan untuk apa saja uang tersebut dibelanjakan, baru kita tahu apakah manajemennya benar atau tidak. Karena rumah sakit ini sudah menjadi profit center walaupun masih mengutamakan fungsi sosialnya, semua kegiatannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada masyarakat, khususnya kepada warga PMI.

Salah satu yang saya tidak setuju adalah rekomendasi Komis A ini untuk membangun rumah sakit di seluruh cabang-cabang di Indonesia. Bagaimana kita dapat menerima usul agar pemerintah daerah membantu pembangunan RS PMI kalau RS yang dikelola pemerintah daerah sendiri (RSUD) tidak berjalan dengan baik alias sakit. Saya kira yang mengusulkan ini tidak mengerti tentang perumahsakitan di Indonesia. Mereka hanya ingin mempunyai proyek bergengsi di daerahnya masing-masing tanpa mempunyai kemampuan mengelolanya secara berkesinambungan. Saya kira tugas yang dibebankan ke pundak PMI sudah terlalu banyak sedang kegiatan menghadapi tugas utamanya saja belum mampu. Penambahan kegiatan membangun RS di tingkat cabang akan mengganggu fokus kegiatan PMI sehari-hari.

Memang sudah banyak suka duka selama menjadi Ketua PMI sejak 1985. Awalnya aku ditelepon Bapak Arnold Simanjuntak, Ketua Pengurus Daerah PMI Sumatera Utara, untuk memimpin PMI di Cabang Kota Pematangsiantar/Kabupaten Simalungun, karena Ketua PMI yang lama, Dr. A. Langkat Munthe, pindah tugas ke Medan. Pak Arnold yang sudah saya kenal sejak mahasiswa di Medan dan anaknya Tarubar Simanjuntak pernah bersama saya di GMKI Medan dan memimpin Panita Paskah Oikumene di Medan tahun 1963, berpendapat bahwa saya cocok memimpin PMI karena isteri saya orang Jerman dan tentu banyak bisa diadakan inovasi di dalam tubuh PMI.

Memang sebelumnya saya sudah pernah diangkat Dr. Langkat Munthe menjadi Kepala Dinas Transfusi Darah (kemudian menjadi Unit Transfusi Darah) PMI di Siantar tahun 1981-1982, tapi saya mengundurkan diri karena tidak adanya kejelasan wewenang saya sebagai Kepala DTD. Dr. Langkat waktu itu agak marah atas keputusan saya dan terjadi perang kertas yang keluar kepada pejabat pemerintah dan pengurus daerah PMI.

Pada awal kepengurusan kami di PMI saya memberanikan diri mengundang Ketua Umum PMI, Ibnu Sutowo, meresmikan kepengurusan kami yang baru. Kegiatan dipusatkan di rumah dinas Walikota Siantar, yang waktu itu dijabat oleh Drs Djabanten Damanik. Event itu menjadi kebanggaan kami orang Siantar, khususnya warga PMI, bahwa Ibnu Sutowo yang terkenal sebagai dokter yang turut membangun perusahaan minyak PERTAMINA di Indonesia dan tidak kurang terkenalnya juga pada masalah bangkrutnya perusahaan milik negara tersebut pada tahun tujuhpuluhan, bisa dihadirkan di kota Pematangsiantar, khusus untuk kegiatan PMI.

Hal yang sama kami lakukan untuk mengundang Ibu Hardianti Rukmana (Mbak Tutut) sebagai Ketua PMI pada tahun 90-an tidak berhasil, malah surat permohonan kami tidak mendapat jawaban. Karena itu juga saya mengambil inisiatif untuk memilih Mar’ie Muhamad menjadi penggantinya pada tahun 1999, sesudah tumbangnya Suharto pada tahun 1998. Saya tidak mengerti waktu itu mengapa Mbak Tutut tidak mau memanfaatkan berkunjung ke Siantar, karena waktu itu dia berupaya memoles imagenya agar pantas menjadi menteri pada kabinet berikutnya. Memang belakangan dia diangkat Soeharta menjadi Menteri Sosial, tapi tidak berlangsung lama karena kabinet hasil Pemilu 1997 itu sudah bubar tahun 1998 dengan mundurnya Soeharto sebagai Presiden dan ditunjuknya Habibie sebagai Presiden baru.

Kemajuan yang saya ingat pada PMI di daerah ini adalah dengan terlaksananya kegiatan Unit Transfsi Darah dari semula hanya 200 kantong menjadi 450 kantong per bulan. Setiap musibah bencana alam kami bantu sesuai rencana dengan memberikan 1 karung beras kepada setiap keluarga korban, yang kebanyakan adalah bencana kebakaran. Kami telah membentuk PMR pada banyak sekolah di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar. Mereka juga dilatih dalam kegiatan P3K, penaggulangan bencana alam dan tentu pengenai pendidikan kepalangmerahan. Korps Sukarela (KSR) selalu aktif di cabang ini. Juga Satgana (Satuan Siaga Bencana) PMI telah dilatih pada cabang ini. Pemberian bantuan kepada keluarga miskin juga telah pernah dilakukan. Sejak pertengahan tahun 2004 PMI Cabang Pematangsiantar mendapat anggaran untuk menyelenggarakan Program Penyuluhan HIV/AIDS dengan kegiatan survey, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk sosialisasi progrtam ini, melatih fasilitator yang terdiri dari guru pembimbing PMR, pengurus organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP), yang kemudian mengadakan pelatihan kepada murid atau anggota OKP. Pada tanggal 16 Desember yad. PMI menyelenggarakan AIDS Day di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar dengan menggelar pawai kepedulian AIDS dari Kantor Bupati ke Kantor Walikota, diikuti oleh 1000 orang. Kegiatan serupa juga telah dilakukan 2 tahun yang lalu.

Sekarang kegiatan PMI Kabupaten Simalungun/Kota Pematangsiantar sudah sudah lebih rapi dan dapat dibanggakan karena termasuk PMI terbaik di Provinsi Sumut. Administrasi sudah computerised. Malah kita sudah mempunya computer dan soft ware yang baru, kita sudah bisa mengakses internet, mempunyai mesin facsimili dan staf PMI sudah terlatih memgoperasikan computer, termasuk menguasai pembuatan slides dengan program Power Point.

Pada kepengurusan cabang pertama masih ada H. Musa Sinaga, Lodewyk Poerba, Loksa Napitupulu. Mereka adalah sukarelawan pertama yang mengurus PMI di daerah ini dan mengembangkannya sedikit demi sedikit. Sekretaris adalah Sopar Lumbangaol, pensiunan PNS Kota Siantar. Beliau ini selalu bekerja rapi dan mengelola administrasi PMI dengan cermat. Setelah beliau meninggal jabatan Sekretaris dan Kepala Markas, Kepala Kantor dijabat oleh Irwansyah Damanik.

9 Desember 2004
Tadi malam Munas PMI ditutup dengan pukulan gong oleh Menko Kesra Alwi Sihab mewakili Wapres M. Jusuf Kalla yang berhalangan hadir. Salah satu yang ditekankan Mar’ie Muhammad yang terpilih kembali menajadi Ketua Umum PMI periode 2004-2009, dalam pidatonya adalah ajakan Presiden SBY kepada semua lapisan masyarakat, khususnya sukarelawan PMI untuk menjadi mitra Pemerintah mengurangi penderitaan sesama dan meningkatkan kwalitas kehidupan manusia, sesuai dengan tema Munas: MELINDUNGI MARTABAT MANUSIA.

Dari keputusan-keputusan Munas saya mengambil kesimpulan bahwa banyak sekali kemajuan yang dicapai PMI selama kepemimpinan Mar’ie Muhammad, antara lain organisasi PMI sudah lebih rapi, RS PMI Bogor sudah bisa menjadi profit center, membelanjakan Rp 100 Milyar untuk program kesejahteraan rakyat melalui PMI, quick respons PMI terlah teruji dengan baik dalam pemberian bantuan bencana misalnya di Aceh, Nabire dan Alor pada beberapa waktu yang lalu.

Renstra PMI yang telah diputuskan Munas nampaknya sudah tersusun dengan rapi dan rinci. Saya gembira dengan terpilihnya Mar’ie Muhammad kembali menjadi Ketua Umum sehingga progam-program PMI dapat dilaksanakan sesuai Renstra yang disusun itu. Cuma harus dibuktikan bahwa beliau mampu melaksanakan progam yang telah diputuskan itu.Salah satu yang sangat penting pada masa 5 tahun ke depan adalah tersusunnya prosedur tetap dan standard pelayanan PMI sehingga dicapai keseragaman pelayanan. Hal ini sudah sesuai dengan panggilan jaman sekarang dimana PMI hanya bisa berhasil mencapai tujuannya dengan merangkul semua lapisan masyarakat agar mendukung kegiatan PMI.



Berpose dengan Ketua Umum PMI Mar'ie Muhammad

20 Desember 2004
Kampanye Hari AIDS Sedunia

Hari ini PMI Cabang Kabupaten Simalungun/Kotas Pematangsiantar mengadakan kampanye besar-besaran memperingati Hari AIDS sedunia di Gedung Olah Raga (GOR) Pematangsiantar. Bekerja sama dengan DPD KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar, kegiatan ini dihadiri oleh 1500 pemuda remaja yang kebanyakan adalah pelajar SLTA.

Acara yang terganggu karena turunnya hujan sejak pagi sampai jam 10 tidak mengurangi semangat peserta kampanye pencegahan penyakit AIDS yang mematikan ini. Juga sangat disayangkan karena Walikota Marim Purba tidak dapat hadir karena sakit dan Bupati juga berhalangan karena pesta rondang bintang di Parapat.

Saya melakukan orasi singkat menekankan bagaimana mengerikan AIDS ini. Kalau orang dinyatakan terinfeksi HIV maka kita bisa count down kapan orang itu akan meninggal. Ada yang 3 tahun, 5 tahun, paling lama 8 tahun. Karena itu terasa pentingnya arti pencegahan karena tidak ada peluang untuk pengobatan.

Perilaku yang kurang menyadari penyebaran AIDS dibuktikan dengan meningkatnya penderita AIDS dari tahun ke tahun. Sekarang diperkirakan 42 juta penduduk dunia HIV positif. Di Indonesia 90 – 130 ribu orang tertular HIV. Kalau dihitung 120 ribu HIV positif maka dari 240 juta penduduk 0,5 permil penduduk mengidap virus HIV. Kalau 0,5 Permil dihitung dari lk. 1,1 juta penduduk, Siantar Simalungun sudah memiliki 550 orang HIV positif. Angka-angka yang mengerikan ini akan menyentakkan kita betapa besarnya tanggung jawab kita pada generasi yang akan datang..

Karena itu PMI sebagai mitra Pemerintah untuk meringankan penderitaan yang tertimpa musibah dengan tidak membedakan golongan, bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa dan agama, bertekad untuk melaksanakan program pencegahan HIV/AIDS dari Palang Merah Internasional, yakni melalui 3 pendekatan secara terpadu: PENCEGAHAN, PERAWATAN DAN DUKUNGAN, SERTA ANTI STIGMA

Upaya PMI di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun:
1. pencegahan penyebaran HIV melalui uji saring darah sebelum diberikan kepada penderita di rumah sakit – sejak 1992. Kita beruntung darah yang dikelola oleh PMI di daerah ini aman dari HIV.
2. promosi dan kampanye HIV/AIDS, khususnya program anti stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Kita harus mempersiapkan masyarakat mulai sekarang –sebelum terjadi wabah- bagaimana mereka sebagai keluarga, kenalan dan tetangga menghadapi penderita AIDS.
3. Pada tahun 2004 PMI Cabang P.Siantar/Simalungun mengadakan program kampanye besar-besaran mencegah penyebaran HIV/AIDS, yaitu:
- SURVEY DAN WAWANCARA DENGAN KELOMPOK SASARAN (PKS, ORANG TUA, KARYAWAN DAN PEKERJA RISIKO TINGGI
- MENDIDIK PELATIH INTI, FASILITATOR DAN PARA PENDIDIK
REMAJA SEBAYA (sampai sekarang sudah ada Pelatih Pendidik
Remaja Sebaya sebanyak 310 orang).

Semua upaya ini hanya dapat berjalan kalau didukung oleh lapisan masyarakat, seperti sekarang oleh KNPI Kabupaten Simalungun dan KNPI Kota Pematangsiantar. Seperti yang telah disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kata sambutannya pada pembukaan MUNAS PMI pada 6 Desember yl di Jakarta: PMI adalah mitra Pemerintah untuk meringankan penderitaan sesama manusia yang ditimpa musibah.

Penyebaran HIV/AID disebabkan oleh kuangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat pada masalah ini. Karena itu kami menyerukan: “KATAKAN YANG BENAR TENTANG HIV/AIDS, HINDARI AIDS BUKAN ORANGNYA, UTAMAKAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KELUARGA ANDA”. (akhir orasi).

Acara semacam ini telah dilaksanakan juga tahun yang lalu di kota Pematangsiantar. Acara tersebut dilakukan pada malam hari di depan Kantor Walikota dengan orasi oleh Walikota dan Ketua PMI, sajak dibacakan oleh PMR dan diakhiri dengan pawai peduli AIDS dengan membawa lilin keliling kota Pematangsiantar. Acara hari ini dilakukan pada pagi hari dengan pawai keliling kota Siantar, dimeriahkan oleh marching band SMU Negeri 4 Pematangsiantar.

Seusai acara di GOR, wawancara live dilakukan di kantor KNPI oleh Radio CAS FM dngan peserta selain Ketua PMI hadir Ketua DPRD Kota Pematangsiantar, Lingga Napitupulu, Asisten Sekwilda Pemko Sura Ukur mewakili Walikota, Ketua Knpi Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar. Saya terkesan pada statement Ketua DPRD Siantar bahwa dia menyambut kegiatan ini dengan menawarkan anggaran kelanjutan acara ini. Untuk itu dibutuhkan usulan dari PMI dan KNPI agar dapat ditetapkan dalam APBD Kota Pematangsiantar tahun 2005.

No comments: