Rabu, 17-09-2008
*yuni naibaho
MedanBisnis – Medan
Perkembangan rumah sakit Kristen (RSK) yang dikelola oleh gereja cenderung menurun atau tidak mampu bersaing dengan RS umum lainnya. Berbagai faktor penyebab, di antaranya, RS tersebut dikeloa dengan pola lama, kurang inovatif, ekspansif dan mengabaikan fungsi pemasaran. Padahal, pasien menuntut pelayanan prima yang sesuai dengan perkembangan zaman.
“Manajemen RSK kaku karena birokrasi gereja. Padahal, otonomi rumah sakit mutlak dibutuhkan untuk kemampuan bersaing dengan rumah sakit lain yang terus membenahi diri,” ujar kata dr Sarmedi Purba, salah satu pembicara dalam seminar tentang perkembangan RSK pada Musyawarah Daerah VII Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi), di Hotel Grand Antares, Jalan SM Raja, Medan, Selasa (16/9).
Pendiri RSU Vita Insani Pematangsiantar ini menyebutkan, keadaan perumahsakitan kristiani tidak jauh berbeda dengan perkembangan RS lain, khususnya RS milik pemerintah dan BUMN. Padahal, bisnis pelayanan kesehatan mempunyai prospek yang menjanjikan, karena masih banyak yang bisa dikembangkan.
“Perpecahan pimpinan gereja sering berdampak negatif pada RSK, apalagi yayasan yang mengurusi RS itu tidak tanggap dengan perubahan dan sering rebutan jabatan pimpinan RS menjadi ajang politik gerejawi,” ungkapnya.
Untuk itu, harapnya, RSK harus mampu mendesain ulang konsep kesehatan gereja dengan menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Reinventasi RSK dapat melalui dana dari dalam dan luar negeri, atau pemda serta Depkes.
“Ini sudah menjadi tugas gereja, khususnya Pelkesi untuk memikirkan ulang strategi perumahsakitan milik gereja dan yayasana Kristen Indonesia. Karena kalau proses pembiaran yang selama ini terus berjalan, maka sebagian besar RSK akan tinggal menjadi kenangan,” lanjut Sarmedi.
Direktur Ketua RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI), dr Tunggul Situmorang SpPD menyatakan, pelayanan kesehatan holistik dan terpadu akan berjalan dengan sentuhan kasih yang meliputi pendekatan, peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.
“Pelayanan kesehatan sebagai jawaban dan kesaksian iman pelayanan kesehatan Kristiani,” tuturnya.
Munas VII Pelkesi juga bertepatan dengan menyambut HUT ke-25 Pelkesi. Selain seminar, munas juga diisi dengan peluncuran buku “Diberkati untuk Menjadi Berkat”, yang diterbitkan Pelkesi, yang berisi gambaran sejarah perjalanan Pelkesi selama 25 tahun (17 September 1983-17 September 2008).
Saturday, October 04, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment